- Viral! Buka 24 Jam Non Stop! Warung Madura Bertaring Guncang Bisnis Minimarket di Tanah Air. Saat ini, warung madura atau warung kelontong yang buka 24 Jam di Bali menimbulkan polemik di tanah air.
Keberadaan warung madura dikeluhkan sejumlah minimarket yang beroperasi di Bali. Bahkan sejumlah pihak sempat meminta agar warung madura ini hanya buka hingga pukul 12 dengan alasan keamanan.
Namun belakangan ternyata tak ada aturan mengenai waktu operasional warung. Larangan warung madura yang buka 24 Jam sebagai tanda ada atau tidaknya keberpihakan pemerintah terhadap umkm.
Lalu benarkah warung madura bisa mengancam keberadaan minimarket?
Keberadaan, eksistensi dan keberhasilan warung Madura mengingatkan saya akan betapa uletnya berbagai suku bangsa di tanah air untuk hidup mencari nafkah di kota-kota besar.
Kalau suku bangsa Aceh dengan bisnis berbagai Kedai Kupi dan mi Acehnya, maka suku Batak unggul dengan tambal ban dan penjual eceran berbagai varian bensin, orang Minang dengan bisnis baju, pakaian serta peralatan jahit menjahit dan bisnis kuliner rumah.
Makan Padang siang malamnya, suku Jawa dengan warung tegalnya, suku Bugis dengan bisnis ikan lautnya, orang Jawa Barat sukses dengan tukang cukur dan warung makan khas Sunda.
Orang Bali selaku pengrajin kerajinan rumah tangga dan orang Madura sukses dengan warung Madura dan pedagang barang bekas rongsokan mobil dan sebangsanya.
Belum lagi suku lainnya yang juga, berbisnis informal dan dinilai tidak bergengsi bagi kebanyakan orang.
Tetapi mereka pelan pelan makin merangsek melebarkan sayapnya hingga buka 24 jam. Kebanyakan Warung atau kedainya merangkap sebagai rumah tinggalnya. Jadi sambil beranak pinak sambil berdagang.
Sejarah Warung Madura
Orang Madura, pada dasarnya adalah pelaut dan perantau ulung. Tanah kelahirannya yang relatif tandus menyebabkan usaha berbasis pertanian kurang menonjol sehingga lautan marak menjadi ladang kehidupannya.
Jiwa bisnis yang ulet dimilikinya sejak jaman penjajahan Belanda dulu. Di tanah rantau seperti di Jakarta dia mencoba pertama kali dengan bisnis kayu dan barang bekas, suatu bisnis yang tidak diminati oleh banyak orang waktu itu.