bdadinfo.com

Unik! Souvenir KTT G20 di Bali Terbuat dari Sampah Plastik - News

Souvenir KTT G20. Dok Kumparan.com

HARIANHALUAN - Komunitas Partnership Kura-kura Bali di Serangan, Denpasar tengah sibuk membuat produk-produk kerajinan dari sampah plastik untuk dijadikan souvenir dalam acara internasional KTT G20 di Pulau Dewata.

"Kami ingin membawa setidaknya 100 kerajinan yang dibuat dari plastik untuk para delegasi KTT G20 yang datang ke Bali," jelas Koordinator Komunitas Partnership Kura-kura Bali dengan masyarakat Desa Serangan, I Wayan Patut dikutip dari Kumparan.com, Sabtu, 28 Mei 2022.

Baca Juga: Menko Airlangga Utarakan Momen G20, GCRG, dan COP26 Indonesia

Menurutnya, total sekitar 10 jenis kerajinan dari sampah plastik yang akan dipamerkan dan dijadikan sebagai souvenir kepada delegasi KTT G20. Seperti kursi, meja, pot-pot tanaman, berbagai kerajinan berbentuk hewan, tempat sabun, piring, dan lainnya.

Produk kerajinan yang dibuat oleh komunitas ini memerlukan cukup banyak plastik. Misalnya untuk membuat sebuah kursi berukuran 40 x 25 cm memerlukan 8 kg sampah plastik. Kursi ini pun cukup kuat, karena mampu menahan 90 kg beban.

"Kami sudah dari 6 bulan yang lalu mempersiapkan kerajinan ini khusus untuk KTT G20, tapi karena waktu penyelenggaraannya masih jauh, kesiapannya baru 40 persenan," jelasnya.

Baca Juga: Menko Airlangga: Negara-Negara G20 Harus Solid Untuk Menjaga Stabilitas Ekonomi Dunia

Ia berharap, dengan kerajinan ini para delegasi dapat melihat bahwa komunitas di Bali memiliki inisiatif dalam membebaskan lingkungan dari sampah plastik dan ikut serta dalam menjaga alam. Sekaligus bisa membuka peluang pasar yang akan membuat proses pengelolaan sampah berkelanjutan, sehingga ekonomi bisa berjalan .

Bahan baku pembuatan kerajinan diperoleh dari masyarakat sekitar. Dari sanalah kemudian sampah-sampah plastik diolah menjadi berbagai produk kerajinan bernilai seni dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun Komunitas Partnership Kura-kura ini lahir sejak 2013, dengan fokus pertamanya untuk menghijaukan lingkungan di Serangan yang dominan memiliki tanah berpasir.

"Tanaman yang kita kembangkan didistribusikan agar menjadikan kawasan Serangan hijau pada saat itu," tambahnya.

Pada 2016, sampah plastik diolah menjadi minyak, hanya saja proses itu belum menjadi solusi penanganan sampah yang tepat. Selanjutnya, komunitas yang beranggotakan 14 orang warga Serangan ini menginisiasi pembuatan produk kerajinan yang berasal dari sampah plastik.

"Tujuan kami agar apa yang kami lakukan bisa ditiru oleh masyarakat untuk menjaga lingkungan Serangan agar tetap lestari," tuturnya. (*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat