- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa anak muda menjadi kelompok yang paling terdampak terkait perubahan iklim.
Fenomena perubahan iklim ini semakin hari semakin mengkhawatirkan, pasalnya dapat memicu dampak yang lebih luas dan mengerikan.
Hal ini terlihat dari berbagai peristiwa alam yang berkaitan langsung dengan iklim. Mulai dari suhu yang lebih panas hingga bencana hidrometeorologi di seluruh penjuru dunia.
Keadaan ini membuat seluruh generasi harus saling berkolaborasi agar bisa menahan meningkatnya perubahan iklim yang akan terjadi.
"Gen Z dan Aplha menjadi generasi yang akan merasakan dampak dari perubahan iklim, sehingga harus berikan dampak signifikan untuk perubahan iklim," jelas Dwikorita dalam Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan, di Jakarta.
Perubahan iklim bukan sekedar kabar yang dianggap enteng, melainkan realitas yang dihadapi seluruh jiwa yang menduduki bumi. Sehingga fenomena ini tidak bisa hanya dianggap sebelah mata.
Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa di tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental, suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius.
Angka tersebut hampir menyentuh batas yang telah disepakati dalam Paris Agreement pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa dunia harus menahan pemanasan global di angka 1,5 derajat Celcius.
Skenario terburuknya, Badan Meteorologi Dunia menyebutkan pada tahun 2050 negara-negara di dunia tidak hanya mengalami bencana hidrometeorologi, tetapi kelangkaan air yang berakibat pada krisis pangan.
Jika mengacu pada tahun tersebut, maka sudah dipastikan yang akan paling merasakan dampaknya yaitu Generasi Z dan Aplha.
Di sisi lain, Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa perubahan iklim ini akan terus terjadi dalam beberapa dekade yang akan datang jika tidak ada aksi mitigasi dan adaptif.