- Pelari maraton putri asal Uganda, Rebecca Cheptegei telah meninggal dunia di usia 33 tahun.
Ia meninggal dalam ruang ICU di rumah sakit MTRH (Moi Teaching and Referral Hospital) di Eldoret, Kenya pada jam 5:30 pagi waktu Kenya.
Dr. Owen Menach yang bekerja sebagai direktur senior layanan klinik dalam rumah sakit tersebut mengatakan bahwa kegagalan semua bagian organ tubuh diyakini sebagai penyebab kematiannya.
Menach juga mengatakan bahwa luka bakar yang ia alami sebesar 80 persen telah menyebar sampai ke ginjalnya, dilansir dari New York Times.
Kepolisian setempat mengatakan bahwa Dickson Ndiema merupakan seorang pacar sekaligus pelaku penyerangan yang membuat Rebecca meninggal dunia.
Serangan tersebut terjadi pada Minggu, 1 September lalu dimana keduanya saling cekcok terkait masalah tanah dan rumah serta telah diungkap oleh ayahnya, Joseph Cheptegei.
Kementerian olahraga setempat, Peter Ogwang mengatakan bahwa kematian Rebecca merupakan kematian yang sangat tragis.
"Kami telah mengetahui kabar duka tentang meninggalnya atlet Olimpiade kami, Rebecca Cheptegei setelah serangan keji yang dilakukan oleh pacarnya," ujar Donald Rukare, presiden Komite Olimpiade Uganda via akun X-nya.
"Semoga dia beristirahat dengan tenang dan kami mengutuk keras atas kekerasan terhadap perempuan. Ini merupakan tindakan bodoh serta tidak masuk akal yang menyebabkan hilangnya seorang atlet hebat," lanjut Donald.
Baca Juga: Fadly Amran Bersilaturahmi dengan Warga Kampung Jua, Paparkan Program 'Padang Balomba'
Kematian Rebecca Cheptegei ini merupakan kematian atlet putri ketiga di negara Kenya setelah Oktober 2021 di mana Agnes Tirop meninggal karena ditikam suaminya sendiri, Ibrahim Rotich.
Beberapa waktu lalu sebelum aksi penyerangan yang merenggut nyawanya, Rebecca Cheptegei mengikuti maraton dalam Olimpiade Paris 2024 dimana ia finis ke 44 dari 91 peserta yang berlaga.