- Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November mendatang, fenomena kotak kosong dan koalisi besar dalam politik Indonesia menjadi sorotan.
Hal ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam sistem demokrasi yang seharusnya memberikan ruang bagi persaingan yang sehat dan adil.
Rocky Gerung, seorang pengamat politik, seperti yang dilansir dari akun YouTube Rocky Gerung Official, menyatakan bahwa banyaknya kotak kosong di Pilkada menunjukkan adanya monopoli dalam sistem demokrasi kita.
Baca Juga: Menyoroti Kasus Menendez: Persidangan yang Mengguncang dan Penayangan Serial Netflix
"Ini membatalkan ide demokrasi dan republik, karena seharusnya ada persaingan sehat dalam demokrasi," ungkapnya.
Penekanan pada kotak kosong ini menunjukkan bahwa pemilih merasa tidak ada pilihan yang layak, yang bisa menggambarkan kekecewaan masyarakat terhadap calon yang ada.
Lebih lanjut, Rocky juga mengkritik pembentukan koalisi besar di kalangan partai politik.
Baca Juga: PLN UID Sumbar Semarakkan Turnamen Bulutangkis Dalam Rangka Dies Natalis ke-68 Unand
Menurutnya, fenomena ini menunjukkan bahwa partai-partai lebih mementingkan kepentingan material ketimbang kepentingan rakyat.
"Ini dapat menyebabkan demokrasi mati, karena tidak ada lagi oposisi yang kuat untuk menantang kekuasaan," tambahnya.
Koalisi yang terbentuk cenderung menghilangkan perbedaan pandangan yang seharusnya ada dalam sebuah sistem demokrasi.
Baca Juga: Nikita Mirzani Jemput Paksa Loly, Deolipa Yumara: Hal Tersebut Tidak Melanggar Hukum
Dalam pernyataannya, Rocky Gerung memperingatkan bahwa Indonesia sedang menuju ke arah otoritarianisme, di mana hanya ada satu partai yang berkuasa dan tidak ada persaingan ide.
Kondisi ini akan berpotensi mengancam keberagaman pendapat dan representasi yang seharusnya ada di dalam parlemen.