- Satu pekan lalu, tepatnya pada 16 Oktober 2024 mantan personil One Direction, Liam Payne telah meninggal dunia.
Ia meninggal karena jatuh dari balkon di hotel Casa Sur Palermo di Buenos Aires, ibukota Argentina.
Kematian tersebut telah mengejutkan sekaligus meninggalkan duka yang mendalam bagi para penggemarnya di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga: BRI Perkuat Sinergi dengan Badan Kepegawaian Negara untuk Peningkatan Layanan Perbankan
Meski banyak spekulasi yang dibuat tentang kematiannya dinilai tidak sengaja, kini telah terungkap bahwa laporan toksikologi mendiang penyanyi ini menyebutkan bahwa dia mengonsumsi pink cocaine atau tusi pada saat kematiannya.
Dilansir dari Free Press Journal, pink cocaine atau tusi merupakan sebuah narkoba sintetis yang seringkali ditemukan di beberapa tempat hiburan malam.
Terlepas dari namanya, zat ini tidak mengandung kokain.
Baca Juga: Pemko Padang dan PT Pegadaian Berkolaborasi Dukung UMKM Naik Kelas
Sebaliknya narkoba ini termasuk dalam keluarga fenetilamina dan biasanya dijual dalam bentuk bubuk yang terkadang berwarna merah muda, sesuai dengan julukannya.
Obat ini mengandung Ketamine, yang sering dikonsumsi karena efek halusinogen dan stimulannya
Awalnya obat ini dikembangkan pada dekade 1970-an sebagai obat potensial untuk kesehatan mental, namun penggunaan rekreasional jadi meluas karena memiliki sifat euforia dan mengubah pikiran.
Baca Juga: PIN XII Perhati-KL Digelar di Padang, Pj Wako Dukung Profesionalisme Dokter THT
Efek samping bagi pengguna obat ini adalah sering mengalami peningkatan indera, termasuk halusinasi visual dan pendengaran, serta perasaan peningkatan energi dan empati.
Seperti stimulan lainnya, obat ini juga dapat meningkatkan denyut jantung, sehingga bisa menyebabkan masalah pada jantung.