- Pada hari Minggu, 1 Desember lalu, terjadi kerusuhan antar suporter sepak bola di Guinea yang diakibatkan oleh keputusan wasit yang kontroversial.
Akibat wasit mengeluarkan keputusan yang kontroversial, terjadilah kekerasan yang dilakukan oleh para penonton hingga kepolisian harus mengeluarkan gas air mata.
Gas air mata yang dilayangkan oleh polisi membuat keributan makin tak terkendali hingga banyak korban tewas ketika para penonton mencoba untuk melarikan diri.
Baca Juga: Ikuti Apresiasi Keterbukaan Informasi Publik Desa 2024, Nagari Simalanggang Terima Juara Dua
Per Selasa, 3 Desember 2024 kemarin, jumlah korban tewas kini bertambah menjadi 135 orang menurut kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah Nzerekore.
Informasi yang didapat dari kelompok tersebut berasal dari rumah sakit, pemakaman, saksi mata di stadion, keluarga korban, masjid, gereja, dan pers lokal.
"Kami memperkirakan bahwa saat ini 135 orang tewas di stadion, paling banyak anak-anak di bawah umur 18 tahun," ujar pihak kelompok tersebut.
Kelompok HAM juga menambahkan bahwa lebih dari 50 orang dinyatakan hilang dalam kejadian tersebut.
Tak hanya itu mereka juga menyalahkan petugas keamanan karena menggunakan gas air mata serta memprioritaskan perlindungan kepada pihak berwenang daripada penonton.
Sementara kendaraan yang membawa ofisial dan lainnya yang akan melarikan diri dari stadion telah menabrak penonton yang akan mencoba kabur dari tempat yang penuh sesak karena gerbangnya dihalangi oleh pasukan keamanan.
Mereka juga meminta tanggung jawab dari penyelenggara turnamen serta pihak penguasa junta di Guinea, karena mereka memberikan dukungan teknis dan finansial untuk acara penghormatan kepada pemimpin militer Mamady Doumbouya.
Saat ini pemerintah setempat yang berjanji untuk mengadakan investigasi pada Senin lalu masih belum merespon tentang pernyataan yang dilayangkan oleh kelompok tersebut.***