– Banyak orang yang belum akrab dengan wanita berkebangsaan Sumatera Barat (Sumbar). Padahal, mereka memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Siapakah mereka? Selama ini, kita lebih dikenalkan dengan tokoh wanita seperti Raden Ajeng Kartini dan Cut Nyak Dien.
Tetapi, sebenarnya ada juga tokoh wanita luar biasa dari Sumatera Barat yang berjasa besar dalam perjuangan bangsa kita. Oleh karena itu, berikut ini 5 tokoh wanita dari Sumatera Barat (Sumbar) yang inspiratif dilansir dari kanal Youtube Creative Hamdi.
- Rasuna Said
Lahir di Agam, Sumatera Barat pada 14 September 1910, Rasuna Said adalah seorang wanita Minang dengan nama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said yang dikenal sebagai HR Rasuna Said. Sejak kecil, dia telah aktif dalam berbagai pengajian.
Setelah menyelesaikan SD, dia melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren Ar-Rasyidiyah dekat kota kelahirannya. Rasuna Said menjadi satu-satunya santri perempuan di pesantren tersebut dan sangat antusias dalam belajar ilmu agama.
Saat remaja, dia pindah ke sekolah agama khusus perempuan di Diniyah Putri Padang Panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Rasuna Said menjadi guru di Diniyah Putri Panjang.
Selain mengajar agama, dia juga memberikan motivasi kepada anak perempuan agar memiliki cita-cita tinggi dan mampu maju lebih jauh daripada laki-laki. Rasuna Said merasa bahwa menjadi seorang guru atau mendirikan sekolah tidaklah cukup untuk menciptakan perubahan yang diinginkannya.
Oleh karena itu, dia mulai terlibat dalam organisasi-organisasi pergerakan untuk memperjuangkan nasib kaum wanita yang saat itu masih tertinggal. Rasuna Said aktif sebagai sekretaris di Sarekat Rakyat (SR) dan terlibat dalam gerakan Islam modern Soematra Thawalib.
Pada tahun 1930, dia mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi. Dia sering berorasi tentang hak-hak perempuan yang mulai terlupakan, meskipun ini sering kali mendapat perlawanan dari pemerintah Belanda yang telah menyebabkan sistem dan budaya perempuan menjadi terpinggirkan.
Karena ajakan-ajakan dari Rasuna Said mendapatkan dukungan dari masyarakat pribumi, Belanda merasa terancam dan mengasingkannya ke Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 1932 ketika usianya baru 22 tahun. Meskipun ditahan di Semarang, semangat perjuangan dan perlawanan Rasuna Said tidak pernah padam.
Dia terus menulis sebagai bentuk kritik kepada penguasa saat itu. Pada tahun 1935, dia berperan ganda sebagai jurnalis dan menjadi pemimpin redaksi majalah Raya.
Baca Juga: Ini Deretan Ilmuwan Jenius Asal Minang yang Diakui Dunia
Namun, di Semarang, dia merasa tidak puas dengan sikap tokoh-tokoh PERMI dalam melawan Belanda. Akhirnya, Rasuna memutuskan untuk pindah ke Medan.
Di sana, pada usia 27 tahun, dia mendirikan sebuah sekolah perempuan dan juga menerbitkan majalah mingguan bernama Menara Poeteri pada tahun 1937. Fokus utamanya tetap pada perjuangan wanita Indonesia.