- Khutbah Jumat 10 Oktober 2024: Menghindari Buruk Sangka kepada Tuhan dan Sesama di mana berburuk sangka merupakan larangan yang jelas sudah diingatkan oleh Allah swt di dalam Al-Qur’an.
Berburuk sangka bisa saja datang dan dilakukan seseorang, baik diwujudkan melalui lisan ataupun tersimpan dalam hati.
Allah memerintahkan untuk menjauhi buruk sangka karena merupakan perilaku yang bisa menghantarkan pelakunya pada dosa.
Baca Juga: Khutbah Jumat 4 Oktober 2024: Berkata Baik atau Diam Sebagai Barometer Keimanan
Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Menghindari Buruk Sangka kepada Tuhan dan Sesama".
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Mengawali khutbah ini, wajib bagi khatib untuk mengingatkan kepada jamaah wabil khusus kepada khatib pribadi untuk senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah.
Menguatnya ketakwaan bisa terasa dari komitmen kita dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi yang dilarang Allah.
Jika kita masih saja menyepelekan perintah-perintah Allah dan masih saja melakukan larangan-larangan-Nya, maka ketakwaan kita sangat layak dipertanyakan kualitasnya.
Ketakwaan juga harus tertanam bukan hanya di mulut saja namun benar-benar merasuk dalam hati dan sanubari termasuk tingkah laku kita.
Ketakwaan juga tidak bisa diukur secara fisik melalui pakaian yang dikenakan atau saat berada dalam keramaian saja. Namun saat tidak ada satupun yang melihat, ketakwaan harus benar-benar mengiringi kehidupan. Rasulullah bersabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya, “Bertakawalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya hal itu dapat menghapusnya. Bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi).
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah Selain takwa, mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah saw atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Shalawat dan salam juga mari kita sampaikan kepada Nabi Muhammad saw, sosok yang senantiasa memberi uswatun khasanah melalui kepribadian dan akhlak yang mulia.
Di antara akhlak yang patut untuk diteladani dari Nabi saw adalah selalu berprasangka baik (husnuzzhan) pada orang lain dan menjauhi prasangka buruk (su’uzzhan).