bdadinfo.com

Pelarian Soekarno Hatta ke Yogyakarta, Saksi Cikal Bakal Pengawalan, Sebelum Ada Paspampres - News

Ilustrasi trah Soekarno berada di Yogyakarta setelah dikawal pasukan cikal bakal paspampres  (Opac.perpusnas.go.id)

- Belakangan ini, citra paspampres tercoreng karena ada dugaan pemerkosaan dari oknum anggota kepada salah satu putri bangsa, tanah air yang diperjuangkan banyak pihak, termasuk trah Soekarno.

Sangat disayangkan, pasukan paspampres yang dulu mengawal trah Soekarno dan para sahabat dari dekat harus dipermalukan dengan peristiwa yang begitu menyakitkan.

Meski belum menyandang nama paspampres, pasukan pengawal tokoh-tokoh penting dari Republik, termasuk anggota trah Soekarno, punya ceritanya yang unik.

Baca Juga: Gegara Ini, Elektabilitas Erick Thohir Meningkat, Diperhitungkan Jadi Cawapres

Bermula dari kebutuhan dan kegentingan situasi, bentuk paling awal dari paspampres ada karena ancaman Belanda yang tidak terima trah Soekarno dan Hatta berhasil menyatakan Indonesia merdeka.

Dikutip dari buku "Doorstoot Naar Djokja: Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer" karya Julius Pour.

Peristiwa ini diceritakan oleh Mangil Martowidjojo, ia adalah salah satu pengawal pribadi Bung Karno. Saat itu ia berpangkat Pembantu Inspektur Polisi (PIP) tingkat II.

Baca Juga: Simak! Pengertian Seni Rupa, Wujud, Jenis dan Fungsinya

Jabatan yang dipegang Mangil saat itu adalah Komandan Polisi Pengawal Presiden (PPP). Badan ini berjumlah 16 orang dan kembali sudah ditugaskan mengawal Soekarno sejak 17 Agustus 1945.

Lokasi asrama PPP yang kebetulan berseberangan dengan kediaman trah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, membuat Mangil terlibat dalam Peristiwa pelarian para proklamator ke Yogyakarta.

Saat itu, keadaan kembali menegangkan. Tentara Belanda disebut memboncengi kedatangan Inggris ke Jakarta yang berkedok untuk melucuti kekuasaan Jepang yang masih tersisa.

Baca Juga: Dijuluki Sebagai Aktor Spesialis Genre Action, Simak Rekomendasi Proyek Ji Chang wook Terpopuler

Mangil menceritakan, pada malam gelap gulita di tanggal 4 Januari 1946, rangkaian kereta api tanpa lampu berhenti di belakang rumah No.56 di Jalan Pegangsaan Timur itu.

Kereta api sengaja berhenti di sana untuk menjemput keluarga trah Soekarno sekaligus Muhammad Hatta.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat