bdadinfo.com

Hasil Studi American Journal of Public Health: Kemarau Akademik Siswa Turun Emosi Guru Justru Naik, Kok Bisa? - News

Ilustrasi cuaca panas. (Pexels.com/Ryan Millier)

- Sapuan udara panas pada beberapa waktu terakhir ini terasa bikin semakin sengsara. Temperatur super tinggi di banyak wilayah juga berpengaruh terhadap mutu akademis para siswa.

Nah, guru dan orangtua perlu tahu agar nantinya tidak terkaget-kaget ketika pencapaian belajar siswa lebih rendah ketimbang pada waktu-waktu lampau.

Ketua Aliansi Guru Peduli di Filipina Vladimer Quetua menyebut, selama tiga hari di bulan Maret lalu melakukan survei terhadap 11.706 guru dan siswa sekolah negeri. 

Baca Juga: Bandara di Kalimantan Timur ini Ditutup Padahal Sudah Beroperasi 44 Tahun, Apa Alasannya?

Temuannya, hampir 70 persen guru merasa kepanasan yang tidak tertahankan selama mengajar. Murid pun, mencapai sekitar 90 persen, mengaku mengalami kesulitan menangkap pelajaran.

Tingkat ketidakhadiran dan serbaneka masalah kesehatan siswa juga meninggi.

Tidak hanya terkait suhu, survei yang sama menemukan enam puluhan persen guru juga mengharapkan ukuran kelas dikembalikan seperti masa sebelum pandemi Covid 19. Per kelas, pada waktu itu, terdiri dari 35-50 murid. 

Baca Juga: Di Hari Batik Nasional, Presiden Jokowi Ajak Masyarakat Untuk Bangga dan Melestarikan Batik

Dengan jumlah siswa per kelas yang berkurang, para guru berharap suasana ruang belajar menjadi lebih adem.

Penelitian Hyunkuk Cho dari Yeungnam University School of Economics and Finance, memperkuat survei di atas.

Cho mendata, kenaikan temperatur udara dari 28 derajat ke 34 derajat Celcius berdampak pada penurunan nilai ujian matematika dan Bahasa Inggris di sekolah.

Baca Juga: Ini Rahasia Sukses Toko Sembako? Terapkan Strategi Harga yang Bikin Minimarket Kewalahan

Dari seluruh pelajar, mereka yang berlatar keluarga kulit hitam dan Hispanik mengalami efek negatif paling serius. Ini tidak terlepas dari kelas ekonomi keluarga para pelajar tersebut. Begitu hasil riset R. Jisung Park dan Joshua Goodman.

Penjelasannya, keterbatasan finansial memaksa anak-anak dari kelompok etnik tersebut belajar di sekolah dan rumah tanpa penyejuk ruangan sama sekali. Kegerahan, para murid kesulitan menerima informasi serta mengalami penurunan motivasi belajar. Fungsi kognitif mereka pun anjlok. 

Sekarang kita ke luar kelas untuk melihat masalah yang muncul akibat suhu ekstrim.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat