bdadinfo.com

Menilik Perjuangan Sekolah Sumatera Thawalib dalam Membangun Pendidikan Islam Modern - News

Sekolah Sumatera Thawalib.  (Dok blogminangkabau.wordpress.)

Minangkabau adalah salah satu daerah yang amat kental dengan nilai-nilai Islami.

Masyarakatnya menerapkan petuah "Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah" dengan teguh. Dalam konteks ini, Pendidikan Agama memiliki peran krusial dalam penyebaran Islam.

Metode unik pengajaran Islam di Minangkabau dikenal sebagai "Kasurauan" atau sistem belajar bersama di surau (musala).

Baca Juga: Survei Indikator, Gerindra Jadi Partai Nomor 1 di Sumbar

Surau adalah pola adat Minangkabau, kepunyaan suatu kaum atau masyarakat, yang berfungsi sebagai tempat rapat, berkumpul, berbincang, dan bermalam bagi anak-anak muda serta orang tua lelaki yang sudah uzur.

Pada akhir abad ke-17, Syekh Burhanuddin memperkenalkan surau sebagai lembaga pendidikan Islam di Ulakan, Padang Pariaman.

Namun, di abad ke-19, pendidikan Islam di Minangkabau mengalami kemunduran akibat ketegangan pada periode tersebut.

Baca Juga: Menelusuri Kondisi Geografis Pulau Sumatera, Ternyata Ukurannya Menduduki Posisi Segini Se-Dunia

Pemerintah Belanda yang berkuasa pada saat itu memanfaatkan momentum ini dengan mendirikan sekolah-sekolah berbasis pendidikan barat.

Bahasa Melayu dijadikan alat pengantar pengajaran, dan mata pelajaran agama dilarang. Gambaran ini berlangsung hingga munculnya sekolah administrasi untuk mencetak tenaga sipil perkebunan kopi.

Situasi ini mendorong para intelektual Minangkabau, khususnya kaum muda, untuk melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam.

Baca Juga: Kelakukannya Bikin Istigfar! Pria di Batam Rudapaksa Gadis Disabilitas, Ngakunya Mabuk Abis Nenggak Tuak

Salah satunya adalah pendirian Sekolah Sumatera Thawalib, yang berawal dari surau Jembatan Besi dan Parabek.

Surau Jembatan Besi, yang lokasinya berada di pinggir sungai kecil dengan jembatan besi di Padang Panjang, kemudian berkembang menjadi Sekolah Sumatera Thawalib.

Sekolah Sumatera Thawalib didirikan oleh ulama reformis Minangkabau seperti Haji Abdul Karim Amrullah (Inyiak Rasul), Haji Abdullah Ahmad, dan Zainuddin Labay el Yunisy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat