bdadinfo.com

Mengenal ADHD, Gangguan Perkembangan Saraf yang Diidap Fuji, Simak Karakteristik dan Cara Mengobatinya - News

Mengenal ADHD (stemfellowship.org)

- Content Creator Fujianti Utami Putri atau yang akrab disapa Fuji baru-baru ini mengaku mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Ia baru mengetahui kondisi tersebut pada saat melakukan konsultasi dengan psikolog pada 2022.

Dikutip melalui laman resmi CDC (cdc.gov), ADHD merupakan salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak.

Awalnya penyakit ini didiagnosis pada masa kanak-kanak, akan tetapi sering kali berlanjut hingga masa dewasa.

Baca Juga: Apa? Mega Proyek IKN Warisan Gelap Presiden Jokowi, Buktinya, Kepala Otorita IKN yang Tak Dipilih Melalui Pilkada

Anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan ADHD akan sangat sulit untuk memperhatikan dan mengendalikan perilaku impulsif atau bahkan menjadi terlalu aktif.

ADHD memiliki tiga karakteristik utama yang biasanya ditemukan pada anak yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.

Adapun perilaku yang masuk ke dalam golongan inatensi adalah kesulitan fokus terhadap hal detail, kesulitan mengorganisasi, sering kehilangan benda yang dimiliki, sulit mengikuti instruksi dan percakapan, mudah teralihkan atau lupa dengan detail rutinitas sehari-hari.

Kemudian, perilaku-perilaku yang tergolong hiperaktif seperti, tidak bisa duduk diam, bergerak tanpa terkendali, banyak bicara, gelisah, berlari, melompat dan memanjat tak terkendali.

Baca Juga: Muhammad Sirod: Indonesia Strong From Home

Sementara, untuk impulsif sering kali perilakunya didominasi dengan memotong pembicaraan orang lain, kesulitan menunggu giliran, dan sulit mendengarkan arahan.

Penyebab dan faktor risiko dari ADHD sendiri tidak diketahui, namun penelitian menunjukan bahwa faktor genetika menjadi peran penting dalam membentuk kondisi tersebut.

Para ilmuwan juga menemukan sejumlah faktor atau penyebab lainnya yang membentuk ADHD selain dari faktor genetika.

Faktor atau penyebab lainnya meliputi, adanya kerusakan otak, paparan terhadap risiko lingkungan selama kehamilan atau pada usia muda, penggunaan alkohol dan tembakau saat kehamilan, persalinan yang prematur, serta berat badan rendah ketika lahir.

Baca Juga: Pengamat Sebut Presiden adalah Aktor yang Dapat Menelanjangi Demokrasi: Perlu Dibatasi Menjelang Berakhir Jabatannya?

Dikutip melalui laman resmi ayosehat.kemkes.go.id, untuk mengobati ADHD, biasanya akan disarankan melakukan terapi kombinasi, yakni terapi pengobatan dan terapi non pengobatan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat