bdadinfo.com

Sekolah Kerajinan Amai Setia, Bentuk Kepedulian Ruhana Kuddus Atas Pendidikan Kaum Wanita - News

Kerajinan Amai Setia (KAS) yang didirikan Ruhana Kuddus. (amaisetiacreativity.blogspot.com)

- Ruhana Kuddus adalah seorang yang senang menulis dan membaca. Dia dikenal sebagai perempuan cerdas yang memiliki wawasan yang luas.

Ruhana Kuddus dikenal sebagai jurnalis wanita pertama di Indonesia dan dijadikan sebagai pahlawan nasiona

Ruhana Kuddus lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dirinya lahir dari pasangan Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam, yang merupakan saudara tiri dengan Sutan Sjahrir.

Baca Juga: Mengenal Keyla Azzahra Purnama, Paskibra asal Sumatera Selatan yang menjadi Pembawa Bendera di Istana Merdeka

Ruhana Kuddus waktu kecil sering menjaga adik-adiknya dan membacakan buku cerita untuk mereka diteras rumah. Pada waktu itu masyarakat Minangkabau jarang sekali ada anak perempuan yang bisa membaca, alhasil anak-anak lainnya ikut bergabung untuk mendengar cerita yang Roehana bacakan.

Ruhana Kuddus hidup dengan orang tuanya berpindah-pindah, sampai akhirnya keluarga Ruhanna menetap di Alahan Panjang. Di sini, ia memiliki ibu angkat bernama Adesa yang mengajarkannya Bahasa Belanda.

Ruhana Kudus sudah merasakan dari kecil bahwa kaum wanita jarang yang bisa membaca dan menulis dan ini membuat ia resah. Hal itu dikarenakan, hanya anak lelaki yang dibolehkan bersekolah.

Baca Juga: Negara Ini yang Pertama Kali dengan Lantang Akui Kedaulatan Kemerdekaan Indonesia

Sampai akhirnya ia bertanya kepada ayahnya kenapa ia tidak boleh bersekolah, sang ayah memahami kesedihan dari anaknya dan setelah itu sang ayah selalu membelikan buku-buku dan koran untuk Roehana supaya bisa belajar.

Alhasil dengan dukungan ayahnya, ibunya serta ibu angkatnya yang mendukung keinginan Roehana belajar, ia memiliki wawasan yang luas.

Sejak dahulu Ruhana tidak pernah pelit akan ilmu. Beliau senang mengajarkan ilmu-ilmu baru miliknya kepada orang lain. Pun, Ruhana memiliki cita-cita untuk mengubah perilaku tidak adil pada kaum perempuan di bidang pendidikan dan pekerjaan.

Baca Juga: Mengenal Keyla Azzahra Purnama, Paskibra asal Sumatera Selatan yang menjadi Pembawa Bendera di Istana Merdeka

Ketika Ruhana berumur 17 tahun, ia kembali ke kampung halamannya di Koto Gadang, keinginannya untuk memajukan pendidikan untuk kaum wanita kembali tumbuh.

Ruhana membuka kelas kerajinan di rumah neneknya, selain kerajinan diajarkan juga cara membaca dan menulis.

Awal mulanya, kelas yang dibuka hanya diisi oleh tetangganya yang seumuran dengannya. Sampai akhirnya kelas ini diikuti oleh ibu-ibu serta anak laki-laki yang tidak bisa masuk sekolah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat