- PT PLN (Persero) menyiapkan pasokan listrik andal demi hilirisasi ekosistem industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air.
Infrastruktur pendukung kendaraan listrik juga dipersiapkan, seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan ekosistem kendaraan listrik terbesar di dunia. Karena potensi besar sumber daya nikel Indonesia yang mencapai 25% cadangan dunia.
Baca Juga: Percepat Ekosistem Kendaraan Listrik di Jabodetabek, PLN Kolaborasi dengan Pemprov DKI dan Astra
“Hilirisasi sumber daya nikel menjadi baterai siap ekspor adalah salah satu keputusan tepat untuk mendorong negara kita menjadi salah satu negara yang disegani dalam konteks investasi untuk pembangunan baterai mobil listrik,” katanya dalam Diskusi bertajuk 'Membangun Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik' di Jakarta, Selasa, 29 Agustus 2023.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, Indonesia mempunyai visi menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di 2027.
"Beberapa kali Pak Presiden menyampaikan visi kita ke depan untuk menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di 2027. Demikian juga membangun ekosistem kendaraan listrik secara terintegrasi untuk memungkinkan produksi baterai serta komitmen tinggi untuk membangun EV ekosistem berikutnya," ujarnya.
Baca Juga: PLN Beri Diskon Tambah Daya Cukup Bayar Rp202.300, Begini Cara Mendapatkannya
Ada tiga proses hilirisasi ekosistem kendaraan listrik yang dilakukan pemerintah saat ini, kata Susiwijono, proses hilirisasi pada tahapan pengolahan nikel menjadi baterai listrik, upaya menggenjot tumbuhnya industri manufaktur, dan tahap ketiga hilirisasi untuk membangun ekosistem EV.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan, bahwa PLN siap menjalankan arahan Presiden Jokowi untuk mengakselerasi tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
"Arahan dari Pak Presiden mengubah dari energi impor menjadi domestik, dari energi mahal menjadi murah, dan energi yang emisi karbonnya tinggi menjadi energi emisi karbon rendah," katanya. ***