- Pada tanggal 4 Juli 2024, di depan Istana Kepresidenan Jakarta, keluarga korban dugaan penganiayaan oleh polisi, Afif Maulana, mengikuti aksi Kamisan ke-821.
Aksi ini dihadiri oleh keluarga dan kuasa hukum Afif Maulana, yang membawa foto almarhum beserta tuntutan keadilan terkait penanganan kasus yang menimpa Afif.
Di tengah kondisi hujan, orasi yang disampaikan keluarga Afif Maulana mengungkapkan keresahan mereka yang belum didengar oleh negara.
Baca Juga: Para Investor 'Paus' Kripto sedang Incar 3 Altcoin Ini, Simak Koin Apa Aja yang Dimaksud!
Kasus kematian Afif Maulana menjadi sorotan karena diduga melibatkan pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat kepolisian.
Baru-baru ini, Kapolda Sumatera Barat, Irjen Suharyono, mengungkapkan bahwa rekaman CCTV yang dianggap sebagai barang bukti penting dalam pengungkapan kasus kematian Afif Maulana sudah tidak tersimpan lagi.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sistem penyimpanan CCTV yang hanya berkapasitas 1 terabyte dengan waktu penyimpanan maksimal selama 11 hari.
Baca Juga: Penurunan Besar Dogecoin, Begini Nasib Koin Meme Pertama di Dunia
Kehilangan rekaman CCTV ini menambah keresahan keluarga Afif Maulana, yang merasa bahwa bukti penting telah hilang dalam proses pencarian keadilan.
Dalam orasinya, keluarga menyatakan bahwa mereka merasa tidak dihiraukan oleh negara.
Mereka meminta agar kasus ini ditangani dengan serius dan transparan, serta para pelaku yang bertanggung jawab dapat diadili sesuai hukum yang berlaku.
Baca Juga: Pemerintah Klaim PDNS Sudah Pulih pada 1 Juli, Rocky Gerung: Data Kita Diobral di Dark Web!
Aksi Kamisan, yang dikenal sebagai bentuk protes damai yang dilakukan setiap Kamis, menjadi wadah bagi keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Aksi ini telah berlangsung sejak tahun 2007 dan menjadi simbol perjuangan melawan ketidakadilan.