– Ismet Fanany adalah pria asal Sumatera Barat yang berkarier sebagai guru besar di Australia, tepatnya di Deakin University.
Sebagai guru besar, Ismet Fanany juga memberi pengajaran di kampus Australia tersebut dengan program studi yang difokuskan pada Ilmu Pendidikan dan Seni, khususnya yang berhubungan dengan Indonesia.
Pada situs Deakin University, Ismet Fanany diketahui telah mempublikasikan sejumlah jurnal dan tulisan.
Baca Juga: Bank Nagari Cabang Syariah Padang Gelar Iven GEMA QRIS bagi Pelaku UMKM di Koto Tangah
Tulisan terakhir Ismet Fanany yang tercatat ihwal ‘Gerakan Aksi 212 di Indonesia’ yang tercantum dalam buku ‘Populism, Democracy and Community Development’ pada halaman 245–258.
Selain sebagai akademisi, Ismet Fanany sendiri juga diketahui telah menelurkan sejumlah karya fiksi, seperti cerpen yang diterbitkan oleh Kompas dan novel berjudul 'Kusut' terbitan Dian Aksara Press.
Oleh karena itu, tidak heran bila Google mengidentifikasi Ismet Fanany sebagai seorang sastrawan alih-alih profesor atau guru besar.
Baca Juga: Karo PHM Setjen DPD RI Beri Pemahaman Lembaga Negara kepada Mahasiswa UMP
Nah, pria yang beristrikan seorang wanita asal Amerika Serikat itu, sebelum menjadi profesor di Australia, diketahui turut mengajar di Singapura.
Ismet Fanany hanyalah segelintir orang pintar asal Indonesia dengan pendidikan tinggi yang berkarier di luar negeri sebagai akademisi. Contoh lainnya, sebut saja Yogi Ahmad Erlangga.
Bila sebelumnya ada Ismet Fanany, guru besar Indonesia, di Australia, kini giliran Yogi Ahmad Erlangga yang juga merupakan profesor asal ibu pertiwi ini.
Yogi Ahmad Erlangga merupakan pria kelahiran di Tasikmalaya pada tanggal 8 Oktober 1974, yang sekarang diketahui bekerja di Zayed University Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Anak SD Boleh Pakai Skincare? Inilah Cara Tepat bagi Remaja untuk Menggunakan Skincare
Di Zayed University, Yogi Ahmad Erlangga mengampu mata kuliah yang terkait dengan matematika terapan, analisis numerik, optimisasi, dan aljabar linear numerik.
Alumni ITB tahun 1993 tersebut, menempuh gelar master dan doktoralnya di Delft University, Belanda, di mana kala itu, Yogi berhasil membuat temuan terkait persamaan Helmholtz.