bdadinfo.com

Jejak Sejarah Pulau Weh, Dari Pelabuhan Perdagangan Hingga Benteng Penjaga Pantai - News

Sejarah Pulau Weh Aceh (indonesiakaya.com)

- Dalam lintasan sejarah, Pulau Weh memancarkan pesona sebagai salah satu titik strategis yang tak tergantikan di Selat Malaka.

Terletak di persimpangan antara Samudera Hindia dan Selat Malaka, pulau ini telah menyaksikan perjalanan tak terhitung lalu lintas komoditas dari Eropa, India, Timur Tengah, dan Asia Timur.

Keunikan posisinya menjadikannya pusat pertukaran perdagangan yang ideal jauh sebelum Temasek (Singapura) atau Batam meraih puncak kejayaannya.

Baca Juga: Gubernur Sumbar Cari Titik Terang Soal Penolakan PSN dan Pastikan Masyarakat Aman

Menggali akar sejarah Pulau Weh membawa kita kembali ke masa Hindia Belanda, di mana Sabang, sebuah kota di pulau ini, diangkat menjadi pelabuhan bebas untuk perdagangan internasional.

Posisi strategisnya membuatnya menjadi tujuan utama bagi para pedagang, dan seiring waktu, pelabuhan ini memainkan peran sentral dalam pengembangan perdagangan global.

Namun, kejayaan Sabang tak lepas dari babak gelap dalam sejarahnya. Pecahnya Perang Dunia II mengubah takdir pulau ini. Pasukan Jepang merebut kendali atas

Baca Juga: Pesona Pantai Gapang, Surga Berselancar dan Keajaiban Bawah Laut di Pulau Weh, Sabang, Aceh

Sabang pada tahun 1942, menggunakan pulau ini sebagai basis untuk melancarkan invasi ke seluruh wilayah Indonesia.

Sabang menjadi pelabuhan militer dan lini pertahanan udara terdepan dalam menghadapi tekanan Sekutu dari arah Barat.

Pendudukan Jepang membawa konsekuensi tragis. Sabang menjadi sasaran pemboman yang mengakibatkan penutupan pelabuhan internasionalnya.

Baca Juga: Hamzah Al Fansuri, Mengungkap Misteri Hidup dan Ajaran Sufi Asal Aceh yang Mengguncang Nusantara

Untuk memperkuat pertahanan, pasukan Jepang membangun benteng dan bunker di sepanjang garis pantai dan perbukitan Sabang.

Bunker-bunker ini berfungsi sebagai pos pengawasan dan pertahanan terhadap kemungkinan serangan musuh.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat