- Masyarakat Sumatera Barat adalah orang-orang beretnis Minangkabau. Umumnya, orang-orang Minang memperkenalkan diri kepada orang lain sebagai Urang Awak.
Masyarakat Minang atau Sumatera Barat memiliki salah satu aktivitas yang telah berubah menjadi sebuah kebudayaan dan menjadi identitas yang erat kaitannya Urang Awak, yakni merantau ke luar daerah untuk meraih kesuksesan atau menuntut ilmu.
Banyaknya perantauan orang-orang Sumatera Barat ke berbagai wilayah di Indonesia maupun hingga ke luar negeri. Sedikit banyak memberi pengaruh terhadap masyarakat, kebiasaan di lokasi tempat tinggal mereka di perantauan, termasuk Pulau Jawa khususnya Jakarta.
Sejak waktu yang lama, masyarakat Minang telah bepergian ke berbagai daerah dan salah satu destinasi favorit orang-orang Sumbar adalah Ibu Kota Jakarta. Keberadaan orang-orang tersebut di Kota Jakarta memberikan dampak dan pengaruh ke berbagai hal.
Adapun hal yang mendapat pengaruh dari orang Minang diantaranya adalah makanan, budaya hingga karya sastra. Salah satu budayawan kondang Jakarta atau Betawi, Ridwan Saidi.
Dirinya mengisahkan, bahwa salah satu kue atau jajanan pasar yang menjadi kesukaan masyarakat luas bernama Onde-Onde, berasal dari kata “Onde” yang kerap diucapkan oleh orang Minang.
Masyarakat Betawi kemudian bertanya kepada orang Minang maksud dari kata tersebut. Setelah diketahuinya kata “Onde” artinya mengagumkan, beberapa kebudayaan lain masyarakat Betawi pun mulai mendapat pengaruh dari masyarakat Minang.
Termasuk kedalam boneka yang kini menjadi salah satu ciri khas dari kebudayaan Betawi, yakni boneka Ondel-Ondel namun terdapat penambahan huruf “L” pada akhir kata.
Lebih lanjut, beliau juga menceritakan, banyak anak-anak muda Minang yang belajar di sekolah-sekolah yang ada di Jakarta.
Mereka datang berbondong-bondong menuntut ilmu hingga ke Jakarta atau dulu yang dikenal sebagai Batavia.
Salah satu dari pemuda tersebut melahirkan sebuah karya sastra “Si Doel Anak Betawi” yang dianggap Ridwan Saidi sebagai salah satu karya yang paling menggambarkan masyarakat Betawi yang melebihi karya sastra Betawi lainnya.
Sosok pembuat karya tersebut adalah Aman Datuk Madjoindo, yang hingga saat ini hasil tangannya masih menjadi salah satu sumber inspirasi dalam mengangkat cerita terkait kebudayaan Betawi.***