- Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 telat diterima oleh masyarakat Sumatera karena satu lain hal.
Beberapa diantaranya karena saluran komunikasi yang menghubungkan Jawa dan Sumatera yang tidak berfungsi hingga perdebatan golongan tua dan muda.
Berita proklamasi di Sumatera khususnya Sumatera Barat baru terdengar di seluruh sudut-sudut kota setelah 29 agustus tahun 1945.
Kabar itu disiarkan melalui teks yang dibacakan ulang oleh Muhammad Syafei tokoh intelektual yang juga menjadi residen pertama di Sumatera Barat.
Pada waktu itu, pusat pengendalian militer oleh Angkatan Darat atau rikugun Jepang bermarkas di Bukittinggi sehingga gerak masyarakat cukup sulit.
Bukittinggi menjadi wilayah yang cukup ketat sebagai wilayah pertahanan militer sehingga gerak-gerik siapa saja yang mencoba untuk melawan pasti dengan cepat dihalau apalagi soal media massa.
Baca Juga: Pemko Padang Gelar Malam Resepsi Bersama Anggota Paskibraka Tahun 2023
Sebetulnya kabar kemerdekaan yang dibunyikan Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta sudah langsung didengar oleh seorang pegawai pos telegraf dan telepon atau PTT dulu di Padang.
Walaupun telegram dapat diterima dengan cepat, usaha untuk mengumumkan kemerdekaan di Sumatera Barat harus diredam beberapa hari mengingat kondisi yang sedang terjadi.
Kabar tersebut telah disiarkan dan teks proklamasi sempat diketik ulang.
Namun, di Bukittinggi juga ada golongan tua dan muda seperti yang saling berbeda pendapat untuk menyiarkan berita kemerdekaan.
Para golongan tua ragu dan merasa belum percaya terhadap Indonesia yang betul sudah merdeka, sementara golongan muda memaksa untuk segera mengumumkan kemerdekaan.