bdadinfo.com

Indomaret dan Alfamart Minggir Dulu! Warung Madura Siap Bertarung 24 Jam Non Stop dengan Minimarket untuk Merebut Hati Pasar - News

larangan warung madura yang buka 24 jam ini sebagai tanda ada atau tidaknya keberpihakan pemerintah terhadap UMKM, dan benarkah warung madura bisa mengancam keberadaan minimarket?

- Belakangan ini ramai diperbincangkan kabar warung madura dilarang buka 24 jam. Kabar yang bergulir menjadi polemik ini, berawal dari keluhan pengusaha mini market terkait warung madura yang beroperasi 24 jam.

Lantas apakah larangan warung madura yang buka 24 jam ini sebagai tanda ada atau tidaknya keberpihakan pemerintah terhadap UMKM, dan benarkah warung madura bisa mengancam keberadaan minimarket?

Himbauan oleh Pemerintah Daerah Klungkung Bali, untuk membatasi jam buka Warung Madura menimbulkan protes di mama mana.

Baca Juga: Terkait Lahan yang Kena Imbas Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Camat dan Lurah Ditanya Soal Adanya Penolakan: Begini Respon Warga Sumbar 

Apalagi himbauan ini didukung oleh Kementrian UMKM dan Kooperasi. Protes muncul dari tokoh Madura dan juga dari para akademisi.

Mereka mengganggap himbauan ini terlalu pro kepada pengusaha ritel tidak kepada usaha kecil rakyat yang sejatinya adalah usaha keluarga dimulai dari nol.

Usaha warung Madura itu adalah usaha keluarga dimulai dengan keuletan orang Madura sebagai perantau ulung.

Falsafah kehidupan orang Madura itu adalah ibaratnya asapo’ angin, abanthal ombak salanjanjangngha (berselimutkan angin kencang lautan dan berbantalkan ombak sepanjang masa).

Adalah contoh kehidupan untuk hidup sederhana di rantau. Jangan heran misalnya melihat perantau Madura yang nampak sederhana itu tetapi telah menunaikan beberapa kali ibadah haji.

Dan umroh serta memiliki rumah mewah, menyumbang pendirian masjid musholla di kampung halamannya hasil dari remittansinya selama berdagang di perantauan.

Orang Madura, pada dasarnya adalah pelaut dan perantau ulung. Tanah kelahirannya yang relatif tandus menyebabkan usaha berbasis pertanian kurang menonjol sehingga lautan marak menjadi ladang kehidupannya.

Jiwa bisnis yang ulet dimilikinya sejak jaman penjajahan Belanda dulu. Di tanah rantau seperti di Jakarta dia mencoba pertama kali dengan bisnis kayu dan barang bekas, suatu bisnis yang tidak diminati oleh banyak orang waktu itu.

Mereka tinggal bermukim pada awalnya di tahun 1900-an di daerah Priok daerah pelabuhan Jakarta dan memulai bisnis kayu dari daerah Kalimantan dan berjualan bubur kacang ijo yang dimasak versi Madura.

Baca Juga: Kota Batam VS Provinsi Sumsel: Siapa yang Bakal Menguasai Gelar Jembatan dan Terowongan Terpanjang di Asia?

Sukses sebagai pedagang kayu yang kemudian pada tahun 2000 an dikembangkan jadi bisnis potongan kayu, triplek dan mebelair kecil kecilan, serta membuka warung kacang ijo di sudut sudut Jakarta.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat