bdadinfo.com

Ulama Besar Asal Sumbar yang Wafat di Makkah, Pernah Jadi Imam Besar Masjidil Haram - News

Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (Merah Putih)

- Bagi sebagian jama'ah haji, meninggal di Tanah Suci Makkah merupakan kemuliaan.

Hal ini yang setidaknya menjadi alasan mendasar banyak jemaah yang masih nekat berangkat haji meski dalam kondisi sakit berat.

Dalam keyakinan Islam, jamaah haji yang meninggal dunia di Tanah Suci mendapatkan sejumlah keutaman, seperti syahid.

Baca Juga: Menelusuri Keajaiban Stasiun Kereta Api Padang Panjang, Saksi Bisu Zaman Kolonial Belanda

Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda, Barang siapa yang meninggal dunia dalam perjalanan haji, ia seperti orang yang mati di jalan Allah (HR Muslim).

Masih banyak keutaman lain yang diperoleh ketika ketika jamaah meninggal dunia di Tanah Suci, seperti diperkenankan memberikan syafaat untuk kerabat, dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah dan pahala hajinya ditulis hingga hari kiamat.

Nah, kali ini kita akan membahas ulama besar berdarah Minang yang meninggal di Tanah Suci.

Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi

Salah satu ulama besar berdarah Sumbar yang meninggal di Tanah Suci adalah Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.

Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Lahir di Koto Tuo, Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan wafat di Mekkah 1916.

Ulama yan tawadhu itu tercatat sebagai orang non-Arab pertama yang mendapat kepercayaan menjadi imam besar Masjidil Haram, Mekkah.

Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dikenal banyak melahirkan pemimpin reformis Islam Indonesia.

Sejumlah tokoh terkenal yang pernah berguru dengannya antara lain, Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama dan Sulaiman Ar-Rasuli, pendiri PERTI.

Selain itu, Banyak sekali murid Syaikh Khatib yang diajarkan fiqih Syafi’i, yang di kemudian hari mereka menjadi ulama-ulama besar di Indonesia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat