bdadinfo.com

Monorel Jakarta yang kini Mangkrak, Proyek Jalan Layang Non Tol Akibat Pendanaan Hambat - News

 Sejumlah tiang proyek monorel Jakarta yang mangkrak selama beberapa tahun (VOI )

Proyek Jalan Layang Non Tol (JLNT) di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, kini tengah menjadi sorotan.

Meskipun proyek ini telah diinisiasi pada era Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sejak 2015, namun sayangnya hingga saat ini proyek ini masih terbengkalai.

Hingga kini kondisi semakin memburuk karena melalui akun Youtube Dot Co, JLNT di Pluit ternyata telah dijadikan tempat pembuangan sampah oleh orang-orang tak dikenal.

Baca Juga: Bernostalgia di 4 Pusat Perbelanjaan Menarik di Kota Padang, Berpetualang ke Masa Lalu!

Tidak hanya itu, terdapat banyak sampah dan tumbuhan liar yang berserakan di sekitar proyek tersebut, bahkan tumbuh-tumbuhan liar tersebut menjalar pada pembatas jalan layang.

Kondisi proyek transportasi ini juga mengingatkan kita pada kasus yang sama terjadi pada proyek monorel Jakarta di masa lalu.

Beberapa warga yang melintas di sepanjang Jalan Gelora hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, masih dapat melihat tiang-tiang pancang monorel yang telah dibangun sejak masa Gubernur DKI Sutiyoso pada tahun 2004.

Pada saat itu, Pemprov DKI Jakarta berencana untuk membangun monorel dengan kapasitas 10 rangkaian gerbong guna mengatasi kemacetan Jakarta. Rencananya, terdapat dua jalur monorel yang akan dibangun.

Jalur pertama berbentuk lingkaran dengan panjang 14,3 kilometer, dimulai dari Casablanca, Hotel Gran Melia, Satria Mandala, Kusuma Chandra, Polda Metro Jaya, Bursa Efek Indonesia, Gelora Bung Karno Senayan, Plaza Senayan, JHCC, gedung MPR/DPR, Taman Ria Senayan, gedung MPR/DPR, Pejompongan, Karet, Sudirman, Setiabudi Utara, Kuningan, Taman Rasuna, dan kembali ke Casablanca.

Sementara jalur kedua melintang sejauh 12,7 km dimulai dari Kampung Melayu, melewati kawasan Tebet, Menteng Dalam, Stasiun Casablanca, Ambasador, Stasiun Dharmala Sakti, Menara Batavia, Karet, kawasan Slipi, Cideng, dan berakhir di kawasan Roxy.

Sayangnya, keseriusan Pemprov DKI dalam membangun proyek monorel tersebut terhenti karena masalah pendanaan.

Meskipun pada awalnya proyek ini diperkenalkan dengan peresmian pemasangan tiang pancang pertamanya di Jalan Asia-Afrika, Senayan, Jakarta Pusat oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 14 Juni 2004, namun proyek ini tidak berjalan mulus.

Hingga pergantian masa jabatan Gubernur DKI dari Sutiyoso ke Fauzi Bowo, proyek monorel ini masih terkatung-katung karena tidak mendapatkan dukungan finansial dari investor, sehingga akhirnya proyek ini terpaksa dihentikan.

Pemprov DKI bahkan dituntut oleh pelaksana proyek monorel, PT Jakarta Monorel, sebesar Rp 600 miliar akibat masalah pendanaan ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat