bdadinfo.com

Mengunjungi Benteng Fort de Kock, Tembok Kokoh Belanda Saksi Sejarah Perang Paderi di Kota Bukittinggi - News

Benteng Fort de Kock di Bukittinggi (Kemendikbud RI)

- Di tengah gemerlapnya modernisasi dan perkembangan zaman, kehadiran warisan sejarah menjadi jendela yang mengingatkan kita akan perjalanan panjang suatu kota termasuk Bukittinggi, Sumatera Barat.

Salah satu warisan bersejarah yang menjulang tinggi di kota Bukittinggi, Indonesia, adalah Benteng Fort de Kock.

Benteng Fort de Kock tidak hanya berdiri sebagai struktur fisik, tetapi juga sebagai saksi bisu peristiwa penting dalam perkembangan sosial, budaya, dan politik di masa lalu.

Baca Juga: Bulu Kuduk Berdiri ! Sepasang Kekasih Jangan Berkunjung, Bisa Putus Terkena Kutukan dari Telaga Sarangan

Dalam artikel ini, kita akan mengupas secara mendalam tentang makna sejarah, serta peran monumental yang dimainkan oleh Benteng Fort de Kock dalam membentuk jati diri Kota Bukittinggi.

Fort de Kock adalah sebuah benteng bersejarah yang dibangun oleh Belanda di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia.

Benteng ini didirikan pada tahun 1825 oleh Kapten Bouer selama kepemimpinan Hendrik Merkus de Kock, yang pada saat itu menjabat sebagai komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Baca Juga: Berani Coba? Tiga Makanan Khas Tanah Karo yang Berbahan Dasar Ulat: Sudah Mulai Langka

Sebagai hasilnya, benteng ini dikenal dengan nama Benteng Fort De Kock.

Terletak di puncak Bukit Jirek, benteng ini dulunya digunakan oleh Tentara Belanda sebagai tempat pertahanan untuk melawan serangan rakyat Minangkabau, terutama selama Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1821 hingga 1837.

Sekitar benteng ini, masih dapat ditemukan meriam-meriam berusia abad ke-19. Seiring berjalannya waktu, di sekitar lokasi benteng tumbuh sebuah kota yang juga diberi nama Fort de Kock, yang sekarang dikenal sebagai Bukittinggi.

Baca Juga: Keren! Danau Toba Sumatera Utara Bakal Punya Hotel Bintang 4 dan Luxury Glamping di 2024, Gak Sabar

Nama asli benteng ini adalah 'Sterreschans', yang memiliki makna sebagai benteng perlindungan.

Pada tahun 1897, Benteng Sterreschan akhirnya dihancurkan dan dijual berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Gubernur Sumatera Barat pada tanggal 27 Februari 1897, sesuai dengan keputusan Residen Padang Darat tertanggal 6 Maret 1897 Nomor 1054.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat