- Lidah Gus Dur sangat gatal ketika mengetahui reaksi Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar.
Kapolri saat itu, Da'i Bahctiar menilai aksi unjuk rasa mahasiswa di depan rumah Megawati Soekarnoputri yang sedang menjabat Presiden RI, sebagai pelanggaran ketertiban umum.
"Salah satu cara yang sangat kuat menonjol dalam ‘budaya politik’ yang kita miliki sekarang ini, adalah salah kaprahnya pihak-pihak yang mengambil keputusan. Salah satu di antaranya, adalah ucapan Kapolri Da’i Bachtiar, yang menyatakan bahwa demo mahasiswa di depan rumah Megawati Soekarnoputri (sewaktu ia menjadi Presiden RI) adalah pelanggaran ketertiban umum," kata Gus Dur dalam artikel NU dan Kekuatan Politik yang dimuat gusdur.net, 28 Maret 2023.
Gus Dur terperangah. Ia menilai Da'i Bahctiar salah kaprah dalam menilai sesuatu.
Bagi Gus Dur, semua pakar hukum akan menjawab bahwa Mahkamah Agung yang berhak menentukan sebuah pelanggaran ketertiban umum atau tidak.
Namun Gus Dur sempat kecewa. Protesnya sama sekali tidak dimuat media massa kala itu.
"Penulis segera menjawab, yang lagi-lagi tidak disiarkan oleh pers domestik mana pun, mempertanyakan kebenaran ungkapan yang diucapkan Kapolri itu," ujar Gus Dur.
Gus Dur mengaitkan dengan lahirnya budaya kekerasan di tengah masyarakat. Penguasa kerap menggunakan bahasa semu yang memicu timbulnya kebuntuan komunikasi antargolongan.
"Orang ditangkap dikatakan diamankan. Bahasa semu itu mengakibatkan masyarakat menjadi tersekat-sekat, dan sangat sulit untuk berkomunikasi. Sehingga orang harus bertindak keras untuk didengar suaranya," bebernya.***