- Genap sudah 3 dekade kasus pembunuhan Marsinah tak kunjung terungkap.
Marsinah merupakan salah satu buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya (CPS) yang melakukan aksi pemogokan pada 3-4 Mei 1993.
Pada saat itu Marsinah bersama rekan buruh lainnya menuntut hak-hak normatif yang berisi upah yang layak, THR, cuti haid, asuransi jiwa dan lain-lain.
Setelah aksi pemogokan tersebut, pada tanggal 5 Mei 1993, 13 (buruh) rekan Marsinah dipanggil Kodim 0816 Sidoarjo lantaran dianggap sebagai dalang aksi pemogokan.
Di sana ke-13 buruh itu dipaksa untuk menandatangani surat pengunduran diri yang dipaksa oleh Kodim.
Marsinah yang mengetahui rekan-rekannya ditahan di Kodim mencoba menyusul mereka. Namun naas, di hari itu pula Marsinah terakhir kali terlihat.
Baca Juga: Hari Buruh Sedunia Identik dengan Perjuangan, Masih Ingat Marsinah Buruh Wanita yang Tewas Dibunuh?
Marsinah hilang, mayatnya baru ditemukan pada 9 Mei 1993 oleh sekelompok anak di Desa Jegong, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Hasil otopsi mengatakan Marsinah telah meninggal dunia sehari sebelum ditemukan tak bernyawa.
Dalam otopsi tersebut, Abdul Mun'im Idris, seorang ahli forensik mengatakan, kematian Marsinah bukan diakibatkan sodokan benda tumpul, melainkan oleh senjata api yang ditembakan ke rongga kemaluan hingga menghancurkan tulang di sekelilingnya.
Dalam kasus ini, Mutiari, Kepala Bagian Personalia PT CPSS, bersama dengan 8 orang lainnya 'dipaksa' menjadi tersangka pembunuhan Marsinah.
Mereka sempat diputus bersalah dan divonis 17 tahun penjara oleh pengadilan. Namun, pada 3 Mei 1995 Mahkamah Agung membebaskan mereka karena tak terbukti merencanakan pembunuhan Marsinah.
Hingga saat ini, pelaku sebenarnya dalam pembunuhan Marsinah masih menjadi misteri. Apakah pembunuh tersebut masih hidup dan sembunyi atau mungkin sudah mati dengan membawa seluruh dosanya, tidak ada yang tahu.