bdadinfo.com

Pengamat Seni Pertunjukan Indra Yuda Orasi Budaya, Protes Mangkraknya Pembangunan Gedung Kebudayaan Sumbar - News

Pengamat Seni Pertunjukan Prof Indra Yuda PhD melakukan orasi budaya.

- Pengamat Seni Pertunjukan Prof Indra Yuda PhD melakukan orasi budaya di Panggung Ekspresi Forum Perjuangan Seniman (FPS) Sumbar yang digelar di pelataran parkir Taman Budaya Sumbar, Selasa (13/6) malam, sebagai protes atas mangkraknya pembangunan Gedung Kebudayaan Sumbar.

Indra Yuda mengatakan, akibat tidak adanya kompromi antara pemerintah sebagai penguasa dengan seniman dan karyanya, berakibat seniman selalu jadi objek penderita karena kebermanfaatannya ditentukan oleh "penguasa", akibat ego sentris tidak ditemuinya titik temu yang saling menguntungkan.

Pada kegiatan Panggung Ekspresi Forum Perjuangan Seniman Sumbar VI ini, selain orasi juga menampilkan berbagai jenis kesenian lainnya. Ada baca puisi, oleh Fauzul el Nurca, Syarifuddin Arifin MIt, Witra Cantik, guru SD 02 Batusangkar.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Libra dan Sagitarius Edisi Rabu, 14 Juni 2023: Jangan Fikirkan Hal Ini agar Tidak Migrain

Ciloteh Kamal Guci dari Pariaman, tari-tarian oleh Galang Dance Company pimpinan Deslenda dan Sanggar Tari Umbuik Mudo Pimpinan Dewi Wisanti dari Pakandangan, Pariaman.

Selain itu, juga melukis spontan oleh pelukis Jon Wahid, Jon Hardi dari Bali dan Herisman Tojes. Diiringi oleh grup band KPJ Sakato dengan lagu-lagu populer oleh Yogi Astra KDI.

Panggung ekspresi ini terasa semakin bergairah oleh pembawa acara Viveri Yudi (Mak Kari) dan Stand Up Comedy oleh Afma Tampan dan Awaluddin Anggang dari Payakumbuh.

Lebih jauh, Indra Yuda yang baru saja menggelar tarian massal pada pembukaan Penas XVI KTNA mengatakan, demi terwujudnya pembangunan kemanusiaan seutuhnya dan sektor lain yang terkait, penguasa hendaknya kompromistis.

"Penguasa jangan menang sendiri. Sebab sejauh ini seniman dan karyanya dan stakeholder serta pemerintah sebagai penguasa sering tidak sejalan dalam menentukan kebijakan dan arah pertumbuhan kesenian. Egoisme sektoral ke duanya, mengakibatkan seniman kehilangan ruang kreatif," kata Indra.

Bahkan, ujarnya lagi, pesatnya pembangunan yang berdalih peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), maka ruang kreatif yang bersifat benefit dipaksa jadi ruang bisnis. "Ini terjadi karena tidak adanya kompromi yang saling menguntungkan," sentilnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat