- Ada kabar buruk dari Kabupaten Gunungkidul. Kasus antraks kembali muncul dan kali ini menelan korban nyawa seorang warga di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu. Sungguh memprihatinkan! Selain itu, 87 orang lainnya juga terpapar penyakit tersebut.
Penyebaran antraks ini diduga kuat karena warga setempat melakukan penyembelihan dan mengonsumsi daging sapi yang sudah mati. Ironisnya, ternyata ada beberapa sapi yang sudah dimakamkan oleh petugas, tetapi kemudian digali dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawa Wulandari, terdapat beberapa sapi yang mati dan kemudian disembelih serta dikonsumsi yang menyebabkan penyakit antraks.
Baca Juga: Tiga Warga GunungKidul Meninggal Terindikasi Tertular Penyakit Antraks
Bahkan, ada kasus sapi yang awalnya telah dikuburkan sesuai prosedur, namun kemudian digali lagi oleh warga untuk dijadikan makanan.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Retno Widyastuti, menjelaskan bahwa terdapat 6 sapi dan 6 kambing yang terkonfirmasi positif mati karena antraks di dusun tersebut.
Mengingat bangkai hewan-hewan tersebut sudah tidak dapat ditemukan, satu-satunya yang bisa diperiksa di laboratorium adalah tanah di sekitarnya.
Ini dilakukan untuk memastikan apakah ada sisa-sisa antraks yang masih berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Dampak Buruk Penularan Antraks di Gunungkidul
Penyakit antraks memang tidak bisa dianggap enteng.
Kasus yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul kali ini menimbulkan berbagai dampak buruk, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Mari kita bahas satu per satu.
Ancaman Kesehatan Masyarakat
Penularan antraks dapat membahayakan nyawa manusia. Gejalanya dapat beragam, mulai dari demam tinggi, kemerahan pada kulit, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.