bdadinfo.com

Ini Dia Sosok Ulama dan Pahlawan Nasional Asal Sumatera Barat yang Menjadi Imam Shalat Jenazah Bung Karno - News

Ini Dia Sosok Ulama dan Pahlawan Nasional Asal Sumatera Barat yang Menjadi Imam Shalat Jenazah Bung Karno/Muhammadiyah.or.id

 
- Pahlawan Nasional asal Sumatera Barat diisi oleh para pejuang dari berbagai kalangan, mulai dari penulis, negarawan, filsuf, hingga ulama.
 
Sejak era perjuangan kemerdekaan hingga demokrasi terpimpin, kontribusi para Pahlawan Nasional asal Sumatera sangat besar terhadap persatuan bangsa Indonesia. Ada banyak di antara mereka yang ikut berperang, melakukan perundingan, maupun ikut bergabung dengan partai politik yang saat itu ada.
 
Namun, ada salah satu kisah menarik dari ulama sekaligus Pahlawan Nasional asal Sumatera Barat yang juga menjadi imam sholat jenazah ketika Soekarno wafat. Kisah lengkapnya adalah sebagai berikut.
 
 
Sejarah mencatat bahwa hubungan Buya Hamka, seorang ulama terkenal dan pahlawan nasional asal Sumatera Barat, dengan Presiden Soekarno pada masa jabatannya tidak terlalu baik.
 
Buya Hamka dan rekan-rekan dalam partainya mengkritisi sistem demokrasi terpimpin yang dianut oleh Soekarno.
 
Akibatnya, Buya Hamka dipenjara selama dua tahun empat bulan atas perintah langsung Soekarno, tanpa melalui proses pengadilan yang seharusnya. Padahal, Hamka adalah kawan lama Sukarno semasa pengasingan di Bengkulu.
 
Tidak hanya itu, buku-buku yang ditulis oleh Buya Hamka juga dilarang diterbitkan dan disebarluaskan selama Soekarno berkuasa. Baru menjelang berakhirnya kekuasaan Soekarno, Buya Hamka dibebaskan pada bulan Mei 1966.
 
 
Namun, meski Buya Hamka pernah dipenjarakan, ia lah yang dipilih langsung langsung oleh Bung Karno untuk menjadi imam shalat jenazah ketika bapak proklamator itu meninggal.
 
Kisah ini disampaikan langsung oleh putra kandung Buya Hamka, Irfan Hamka dalam bukunya hang berjudul Ayah... Kisah Buya Hamka (2013).
 
Pada saat itu, setelah Buya Hamka bebas ia dihubungi oleh ajudan Soeharto, Mayjen Soeryo. Ajudan tersebut datang langsung ke rumah Buya Hamka untuk menyampaikan pesan dari keluarga Soekarno.
 
Ternyata, pesan yang dibawa oleh Soeryo berisi wasiat terakhir Soekarno sebelum ia meninggal dunia. Isi wasiat tersebut adalah permintaan kepada Buya Hamka untuk menjadi imam shalat jenazah Soekarno.
 
"Ketika aku meninggal nanti, tolong mintakan kesediaan Hamka untuk menjadi imam salat jenazahku. Itulah pesan yang disampaikan Soekarno kepada keluarganya," tulis Irfan Hamka.
 
 
Tanpa ragu dan berpikir panjang, Buya Hamka dengan ikhlas memenuhi wasiat terakhir dari Presiden Soekarno yang pernah memenjarakannya tersebut.
 
Dalam catatan sejarah, Buya Hamka pernah dipenjara selama dua tahun dan kesulitan untuk menghidupi keluarganya. Hal itu karena ia tidak bisa memenuhi undangan berdakwah yang menjadi salah satu sumber penghasilannya. Selain itu, buku-buku milik Buya Hamka juga dilarang beredar sehingga ia tidak mendapatkan royalti.
 
Singkat cerita, jenazah Soekarno akhirnya selesai dimandikan sesuai ajaran Islam dan Buya Hamka bergegas untuk menjadi imam shalat jenazahnya.
 
Seperti yang dicatat oleh James R. Rush dalam bukunya yang berjudul Adicerita Hamka, saat menyolatkan jenazah Soekarno, Buya Hamka mengucapkan, "Dengan ikhlas saya berkata di dekat peti matinya, 'aku maafkan engkau, saudaraku'". 
 
Buya Hamka menganggap Soekarno sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, tetapi beliau juga adalah seorang tokoh besar yang membangun semangat nasionalisme bangsa Indonesia.***
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat