bdadinfo.com

Kisah Pria Yahudi dan Masjid di Balik Kisruh SDN Pondok Cina Depok - News

Ilustrasi Umar Bin Khattab, masjid dan kisruh di balik SDN Pondok Cina Depok (Istimewa)

– Rencana Pemerintah Kota Depok menggusur SDN Pondok Cina 1, dan menggantinya menjadi sebuah masjid mewah di kawasan Margonda menuai pro-kontra di tengah publik.

Tak sedikit yang menyayangkan penolakan tersebut. Terlebih, rencana Pemerintah Kota Depok dinilai bertujuan positif, karena akan menggantinya menjadi tempat ibadah.

Lantas benarkah pembangunan masjid tidak boleh ditentang?

Baca Juga: Ganti SDN Pondok Cina Jadi Masjid, Walkot Depok Digas Ortu Siswa: Makanya Turun!

Serupa tapi tak sama, kisah tentang pembangunan masjid yang menimbukan perdebatan ternyata pernah terjadi di zaman Khalifah Umar Bin Khattab Radiyallahu Anhu.

Kala itu sang Khalifah didatangi oleh seorang Yahudi tua asal Mesir yang mengeluh lantaran tanahnya akan digusur.

Ia mengatakan, bahwa ada seorang penguasa yang berusaha menggusur rumahnya dengan dalih demi kepentingan umum, ketertiban, dan keindahan.  

Hal itu diprotes keras oleh Yahudi tersebut, ia merasa sang pemimpin sewenang-wenang.

Adapun pemimpin yang dimaksud adalah Gubernur Mesir saat itu, Amr bin Ash, yang konon akan memperluas bangunan Masjid yang melintas di atas tanah miliknya.

Pria Yahudi tua yang miskin itu mengaku lahan tanah miliknya memang sebagian masih berawa-rawa. Ia tinggal di situ dengan menempati sebuah gubuk reot yang hampir roboh.

Pada Khalifah Umar Bin Khattab, pria Yahudi itu lantas mengeluh, bila Gubernur Mesir Amr bin Ash meminta agar ia meninggalkan rumahnya karena di situ akan dibangun sebuah rumah gubernur dan masjid yang megah.

Demi memuluskan ambisinya itu, maka Amr bin Ash pun memanggil orang Yahudi tua itu agar menghadapnya untuk merundingkan besaran uang dan kompensasi yang akan diterima.

Hingga akhir pertemuan, kepada Khalifah Umar, si Yahudi ini tetap bersikeras tak mau memberikan tanah dan rumahnya untuk dijual kepada sang Gubernur Mesir tersebut.

Ia merasa rumahnya yang reot itu adalah harta berharga satu-satunya. Pertemuan antara si Yahudi dan Gubernur Mesir rupanya berakhir buntu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat