bdadinfo.com

Bukan Megathrust, Gempa Garut Termasuk dalam Intraslab, Begini Penjelasannya - News

Gempa yang mengguncang wilayah Garut, Jawa Barat berkekuatan M6,4 disebabkan oleh pergeseran lempeng Samudera. (Pixabay/Tumisu)

 Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang baru saja mengguncang wilayah Garut, Provinsi Jawa Barat membuat kekhawatiran di masyarakat.

Masyarakat kerap mengkaitkan dengan bencana gempa bumi yang baru saja terjadi baru-baru ini di Cianjur dimana gempa bumi dahsyat disebut sebagai Megathrust atau gempa bumi besar. Terlebih lagi magnitudo di Garut lebih besar dari Cianjur (5,6 SR).

Namun, berdasarkan informasi Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyatakan dalam cuitan di akun resminya @daryonoBMKG bahwa gempa bumi di Garut merupakan gempa dalam lempeng atau disebut intraslab.

"Gempa Garut tidak ada kaitan dengan gempa Cianjur, beda sumber. Gempa Garut akibat patahan dalam slab lempeng australia yang menunjam ke bawah Jabar di kedalaman 109 km. Gempa ini kita menyebutnya "Intraslab Earthquake," tulis Daryono dalam postingannya.

Baca juga: Diguncang Gempa Garut, Warga Sukabumi: Lebih Gede dari Cianjur

Daryono pun menambahkan bahwa gempa intraslab ini tidak memiliki karakter yang miskin gempa susulan.

Lantas apa itu intraslab dan apa bedanya dengan gempa megathrust yang banyak ditakutkan selama ini?

Seorang Dosen UGM juga pakar Tektonik Indonesia, Gayatri yang menjelaskan tentang intraslab. Ia mengatakan bahwa gempa yang dirasakan secara merata biasanya berupa gempa intraslab, artinya sumber gempa berada di bagian dalam dari zona subduksi, sebagaimana dikutip dari laman geologi.co.id. Gempa intraslab biasanya disebabkan karena lempeng samudra yang menunjam mengalami pecah, retak atau patah yang disebabkan karena proses dehidrasi batuan di dalam bumi, salah satunya.

Baca juga: Ini Daftar Wilayah Jawa Barat yang Ikut Rasakan Gempa Garut, Sabtu 3 Desember 2022

Kemudian, berbeda dengan megathrust, gempa intraslab dengan getaran yang merata dan lokasi sumber yang relatif dalam, tidak berpotensi menyebabkan tsunami. Itulah sebabnya BMKG menyatakan bahwa gempa Garut tidak berpotensi tsunami.

Selain itu, gempa intraslab cenderung tidak diikuti dengan gempa susulan. Hal ini disebabkan karena lempeng samudra bersifat lebih liat sehingga lebih mudah kembali pada posisi semula. Berbeda dengan megathrust yang melibatkan sesar – sesar kecil yang dangkal sehingga lebih sering diikuti gempa susulan yang kekuatannya lebih kecil, seperti gempa Cianjur yang disebabkan oleh adanya aktivitas sesar Cimandiri.

Meskipun gempa megathtust dikenal lebih besar, namun gempa intraslab lebih berpotensi merusak karena lokasi episenternya lebih mendekati daratan dan pusat populasi. Berdasarkan penelitian di Washington, pada tahun 2016 bahwa mekanisme gempa intraslab memiliki periode kejadian yang lebih singkat, artinya lebih sering terjadi dibandingkan dengan megathrust dan memiliki energi seismik yang lebih besar.

Baca juga: BNPB: Gempa Garut 6,4 M Satu SD Rusak dan 1 Orang Warga Terluka

Gempa tipe intraslab ini pernah beberapa kali terjadi di sepanjang zona tunjaman selatan Indonesia. Diantaranya, gempa 2019 di Banten, gempa padang tahun 2009 yang menelan lebih dari 1000 korban jiwa, kemudian ditahun yang sama, terjadi gempa Jawa Barat yang menewaskan puluhan orang. Jauh sebelumnya, tahun 1699 Jakarta juga pernah mengalami gempa intraslab dengan kekuatan magnitudo 7,4 SR.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat