bdadinfo.com

Mengenal Sosok Achmad Mochtar, Dokter Asal Sumbar yang Nasibnya Tragis Dipancung Jepang gegara Romusha - News

Achmad Mochtar, Dokter yang Memiliki Jiwa Kemanusiaan Tinggi saat Penjajahan Jepang. (Dok Kemendikbud.)

Sumatera Barat seakan tak pernah habis menghasilkan orang-orang hebat, sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang, kemerdekaan, hingga era modern saat ini.

Berbicara mengenai tokoh-tokoh ternama yang lahir di daerah Sumatera Barat tentu salah satu tokoh cerdas nan jenius dokter Achmad Mochtar akan terus terabadikan dalam sejarah kedokteran Indonesia. 

Namun sayangnya, di akhir hidupnya dokter Achmad Mochtar harus mengakhiri hidup setelah dieksekusi mati.

Baca Juga: Duduk Perkara Kisruh di Masjid Raya Sumbar Versi Eks Wali Nagari Air Bangis

Dokter Achmad Mochtar dituding melakukan sabotase terhadap pemberian vaksin yang menyebabkan puluhan romusha meregang nyawa pada 1944 di tragedi Klender. 

Ya, Achmad Mochtar adalah adalah dokter dan ilmuwan yang pernah menjabat sebagai Direktur Lembaga Eijkman, sebuah lembaga penelitian biologi di Jakarta yang didirikan pada masa kolonial Belanda.

Achmad Mochtar yang lahir pada tanggal 10 November 1890 di Bonjol, Kecamatan Pasaman, Sumatera Barat, merupakan keturunan dari keluarga Minangkabau dari pasangan Omar dan Roekajah.

Baca Juga: Jalan-jalan ke Air Bangis, Jangan Lupa Bungkus Ikan Asin sebagai Oleh-oleh!

Ayahnya dulu seorang guru yang berasal dari Tanah Datar, Sumatera Barat, sedangkan ibunya adalah putri Bonjol, cucu seorang Larashoofd. 

Sewaktu masih kecil, mochtar sering dibawa pindah oleh sang ayah untuk mengikuti tugas mengajarnya, hingga akhirnya memilih untuk lanjut sekolah menengah di Batavia.

Achmad Mochtar melanjutkan pendidikan di STOVIA (Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra), pada tahun 1907 dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 1916.

Baca Juga: Rumah Makan Padang Selalu Sukses, Ternyata Slogan Ini Jadi Rahasia Orang Minang

Achmad Mochtar satu angkatan bersama dengan Raden Sardjito, JA Latumeten, AB Andu dan Mohammad Sjaaf.

Dulu sistem di Sekolah STOVIA, punya aturan yang penting jika seandainya lulus dengan nilai predikat terbaik dan menolong pasien Bumiputera, akan mendapatkan gelar dokter. 

Setelah lulus, Achmad Mochtar memulai karier sebagai dokter di Desa Panyabungan, Sumatera Utara selama dua tahun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat