bdadinfo.com

Mengenang Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Pagaruyung, dari Tindakan Adityawarman hingga Masa Perang Padri - News

Peninggalan Istana Pagarayung.  (Ilustrasi bakaba.net)

- Kerajaan Pagaruyung, sebuah peradaban yang menghiasi lembaran sejarah Nusantara, pernah menorehkan kejayaan gemilang yang diawali dengan tindakan berani Adityawarman pada tahun 1409. 

Tindakan bersejarah tersebut melibatkan pemisahan dari kuasa Kerajaan Majapahit di Tanah Jawa, mengakhiri era ketergantungan yang sebelumnya diperlukan. 

Pertempuran epik antara tentara kerajaan Melayu dan pasukan Majapahit merebak di Padang Sibuk Dharmasraya, dengan kesatria-kesatria Melayu membuktikan keberanian mereka dalam mempertahankan identitas dan kedaulatan.

Baca Juga: Heboh Polusi Udara di Jakarta, Bagaimana Kualitas Udara di Sumatera Barat? Ini Ulasannya

Namun, semarak kejayaan itu mengalami penurunan pada abad ke-17, setelah kematian Sultan Alif pada tahun 1580. Keraguan merambah mengenai siapa yang akan menggantikan tahta yang kosong tersebut. 

Selama setahun rasa penasaran dan misteri menyelimuti sejarah Kerajaan Minangkabau, hingga akhirnya muncul nama Sultan Ahmad Sjah pada tahun 1650 hingga 1680.

Ketika itu, Kerajaan Pagaruyung diatur oleh Adat dan Sarak, terwujud dalam prinsip "Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah", yang dikenal sebagai ABS, SBK. 

Baca Juga: Telkomsel Hadirkan Paket Roaming Asia-Australia dengan Kuota Pilihan untuk Berinternet dan Telepon

Dalam peradaban ini, harmoni antara adat dan agama terpancar dengan gemilang. Kedua elemen ini bukanlah entitas terpisah, tetapi menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan di tengah masyarakat Minangkabau.

Namun, keseimbangan tersebut terguncang ketika tiga haji kembali dari tanah suci ke Minangkabau. 

Tindakan mereka memperkenalkan pembaruan agama yang dianut oleh aliran Wahabi, menggoyahkan fondasi kerukunan. Pada tahun 1803, gerakan pemurnian agama tersebut mencetuskan konflik berdarah yang dikenal sebagai Perang Padri.

Baca Juga: Buka Seleksi Balon Wali Nagari, Bupati Ingat, Bupati Eka Putra; Jangan Percaya Isu dan Gosip!

Puncak perang ini menyaksikan Yanf Dipertuan Rajo Alam Minangkabau, Arifin Muning Alam Syah, bermarkas di Gudam, salah satu kampung di Pagaruyung.

Perang Padri meluas hingga Tanah Datar, dengan kekuasaan 'Harimau Nan Selapan' semakin menyebar, dan kaum Padri mendapat perlawanan sengit dari kaum adat setempat.

Adat memiliki pengaruh yang besar di Tanah Datar, sebagai pusat pemerintahan dan kedudukan raja Minangkabau.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat