- Walaupun terdengar asing, namun beras dengan warna hitam ini benar ada di Indonesia. Beras hitam dengan nama latin Oryza sativa L. Indica merupakan jenis beras yang mengandung antosianin yang lebih tinggi dibandingkan beras putih.
Menurut Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Lampung, beras hitam memiliki khasiat yang baik dibandingkan dengan beras merah dan beras putih.
Beberapa penelitian menemukan, beras hitam memiliki kadar antioksidan berupa antosianin (anthocyanin) yang larut dalam air, berfungsi untuk melindungi sel-sel tubuh dengan mengikat radikal bebas yang bisa merusak sel tubuh.
Baca Juga: Pemerintah Salurkan Beras Pangan di Padang Gantiang
Dilansir Kanal Pengetahuan Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam beras hitam mengandung gizi yaitu 4,9 gram serat, 8,5 gram protein, dan 3,5 gram zat besi. Serat yang dikandung beras hitam merangsang kerja usus dan mencegah sembelit. Selain itu, beras hitam juga mengandung senyawa bioaktif lainnya seperti asam amino, vitamin, mineral, senyawa fenolik, dan asam fitat.
Menurut sebuah penelitian menyebutkan bahwa indeks glikemik (GI) beras hitam lebih rendah dibandingkan nasi putih, yaitu GI beras hitam sebesar 42,3 sedangkan GI beras putih sebesar 82,3 (Yang et al, 2006).
Indeks glikemik adalah indikator seberapa cepat karbohidrat dalam suatu makanan memengaruhi kadar gula darah dalam tubuh. Kadar gula darah yang berlebih biasanya berkaitan erat dengan penyakit diabetes.
Baca Juga: Longsor di Tana Toraja Tewaskan 18 Orang, Pj Gubernur Sulawesi Selatan Serahkan Bantuan 1 Ton Beras
Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang seiring waktu bila tak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf.
Oleh karena itu, mengetahui indeks glikemik dari makanan sangat bermanfaat bagi penderita diabetes untuk mengatur pola makan dan mengontrol kadar gula darah.
Berdasarkan sebuah studi, beras hitam dianggap lebih menyehatkan untuk dikonsumsi karena mengandung senyawa fenolik yang dapat menghambat aktivitas enzim alfa-glukosidase di usus dan enzim alfa-amilase di pankreas.
Hasil aktivitas senyawa tersebut menunjukkan kadar glukosa darah pada 1-2 jam setelah makan yang lebih rendah dibanding saat mengkonsumsi beras putih (Meng et al, 2018).
Hal ini dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit metabolisme lainnya seperti obesitas, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia, mencegah kanker, dan mengendalikan kadar kolesterol.