- Batu lobang di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara ini layaknya jalur perlintasan darat pada umumnya yang memiliki terowongan.
Setiap waktu kendaraan baik roda dua maupun roda 4 melintasi batu lobang ini yang berada di Jalan Lintas Tarutung-Sibolga Dusun Simaninggir, Desa Bonandolok, Kecamatan, Sitahuis.
Namun yang membedakannya dengan terowongan pada umumnya adalah Batu Lobang ini awalnya hanya sebuah bukit batu yang dilobangi pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1930 an.
Baca Juga: Dua Pengusaha Depok Ini Tilep Duit Pajak 7 Perusahaan di Sumsel, Segini Nilainya
Konon, Belanda memerintahkan hingga memaksa rakyat Tapanuli pada masa itu untuk membongkar bukit batu tersebut dengan cara melubanginya agar dapat dijadikan akses jalan untuk mengangkut hasil bumi dari rakyat Batak.
Banyak rakyat Tapanuli yang akhirnya meninggal sewaktu mengerjakan proyek Batu Lobang ini.
Bahkan, dari cerita yang beredar, mayat mereka yang meninggal dibuang di jurang tanpa dikubur.
Terowongan ini sebenarnya bernama Goa Belanda, tingginya memang lebih pendek daripada terowongan jalan pada umumnya, bahkan tidak dapat dilewati kendaraan ukuran besar.
Baca Juga: 3 Manfaat Pacu Jawi: Warisan Berharga yang Mengangkat Pariwisata Tanah Datar
Karena mulanya memang bukit batu, begitu melintasi Batu Lobang ini terasa seperti sedang masuk ke sebuah gua dari batu.
Bagi orang-orang yang ingin menuju kota Sibolga dari arah Tarutung pasti akan melewati jalur Batu Lobang ini.
Sebenarnya ada dua batu lobang di lokasi tersebut dengan jarak antara satu batu lobang dengan batu lobang lainnya sekitar 70 meter.
Batu lobang kedua lebih besar dan lebih panjang daripada batu lobang yang pertama.
Karena lebarnya yang juga kecil, pengendara yang melintas di Batu lobang harus bergantian karena batu lobang hanya bisa dilewati satu arah saja.
Baca Juga: Ini Dia Jalan Tol Pertama di Sumatera, Nasibnya Bagaimana Kini