bdadinfo.com

Kisah Perjalanan Bus "PMH" si Kelelawar dari Danau Toba: Legenda Transportasi Sumatera - News

Sejarah bus PMH, transportasi legendaris dari Sumatera (lokasitempat.com)

- Sumatera Utara, sebuah provinsi yang kaya akan budaya dan sejarah, juga memiliki jejak-jejak transportasi yang mencerminkan perjalanan panjang manusia dan barang melintasi wilayah yang luas.

Salah satu ikon legendaris transportasi di Sumatera Utara adalah "PMH," yang akrab disebut sebagai "Si Kelelawar dari Danau Toba."

Namanya mungkin terdengar unik, tetapi di balik namanya yang menarik, tersembunyi kisah-kisah menarik tentang perjalanan yang tak terhitung jumlahnya.

Baca Juga: Seduhan Teh Talua dari Sumatera Barat: Suguhan Minuman Berkhasiat Indonesia Tersohor Hingga Mancanegara

Dibalik nama "PMH," terdapat singkatan yang mengartikan Perusahaan Motor Horas. Bus ini berdiri pada tahun 1961 di Parapat, Sumatera Utara.

Dirintis oleh tiga individu, yaitu Bapak Justin Sirait, Bapak Nelson, dan Bapak Samosir, bus ini awalnya memulai perjalanannya dengan trayek Parapat-Siantar menggunakan dua armada bus.

Dikenal dengan sebutan armada nomor 1 dan nomor 2, beberapa waktu setelah beroperasi, armada ketiga bergabung.

Baca Juga: Harga Emas Anjlok, Tembaga Terbebani Ekonomi China

Armada ketiga dikemudikan secara langsung oleh Bapak Justin Sirait, yang kemudian membuat angka 3 pada bus PMH menjadi identik dengan kepemilikan Bapak Sirait sebagai direksi tunggal PMH.

Pada masa lampau, perjalanan Parapat-Siantar memerlukan waktu sekitar tiga jam untuk menempuh jarak sekitar 50 km, karena jalan yang lebih kecil dan belum sebaik kondisi saat ini.

Armada awal sebagian besar menggunakan Chevrolet C50 dengan bahan bakar bensin serta dilengkapi dengan transmisi 4 gigi.

Baca Juga: 8 Pria di Nagan Raya Aceh Keciduk Polisi Karena Jadi Pengedar Sabu, Terancam Penjara di Atas 5 Tahun!

Sejak tahun 1977, PMH beralih menggunakan mesin bus Mercedes Benz yang menggunakan solar sebagai bahan bakar.

Keputusan ini diambil karena pada saat itu harga bensin lebih tinggi daripada harga solar.
Bensin dijual seharga Rp1000 per liter, sedangkan solar dijual seharga Rp150 per liter.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat