bdadinfo.com

Tahu Sering Diejek Planga-plongo hingga Disebut Fir'aun, Jokowi Legowo: Ya Nda Apa-apa Saya Terima Saja - News

Presiden Jokowi tahu sering dapat ejekan hingga cacian. (Instagram @jokowi.)

- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwasanya menjadi seorang Kepala Negara tidaklah senyaman yang dipersepsikan oleh banyak orang. 

Seorang Presiden menurut Jokowi memiliki sebuah tanggungjawab yang besar. Banyak pula permasalahan rakyat yang harus diselesaikan. 

Ditambah lagi dengan adanya media sosial, masyarakat kini dapat menyampaikan permasalahannya secara langsung kepada Presiden.

Baca Juga: Parah! 10 Kota di Indonesia dengan Polusi Udara Terburuk Menurut AQI-US, Ada Dua dari Sumatera

Jokowi pun tahu bahwa dirinya sering menerima cacian, fitnah, hingga ejekan di media sosial.

Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat melakukan pidato kenegaraan saat Sidang Tahunan 2023, di Gedung Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu 16 Agustus 2023.

"Adanya media sosial seperti sekarang ini, apapun bisa disampaikan ke Presiden. Mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai kemarahan, ejekan, bahkan, makian dan fitnahan bisa dengan mudah disampaikan," ungkap Jokowi. 

Baca Juga: Keren! Mahasiswa Poltekpar Palembang Terpilih Tampil di Pagelaran Tari HUT ke-78 RI di Istana Presiden

Dia juga menyadari bahwa ada saja pihak yang memberikan sematan buruk kepadanya. Mulai dari planga-plongo sampai dengan disamakan dengan Fir'aun. 

"Saya tahu, ada yang mengatakan saya ini bodoh, plonga plongo, tidak tahu apa-apa, Fir’aun, tolol. Ya nda papa, sebagai pribadi, saya menerima saja," ucapnya. 

Di balik itu semua, Jokowi pun merasa sedih karena budaya santun, budi pekerti luhur bangsa nampak sudah mulai hilang. 

Baca Juga: Fakta Mencenangkan Surau diSumatera Barat, Punya Peran Penting di Dunia Pendidikan Hingga Cetak Tokoh Nasional

Menurut dis, kebebasan serta demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah.

Di sisi lain, Jokowi melihat banyak pula masyarakat yang merasa jengkel dengan lunturnya budaya santun. Hal itulah yang membuat masyarakat bahu-membahu bangkit menegakkan nurani bangsa Indonesia. 

"Bersatu menjaga moralitas ruang publik, bersatu menjaga mentalitas masyarakat. Sehingga, kita bisa melangkah maju menuju Indonesia maju, menuju Indonesia Emas 2045," tuturnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat