bdadinfo.com

Waspada Teror Penusukan OTK, Ini 3 Kriteria yang Rentan Jadi Korban - News

Ilustrasi teror penusukan OTK (bantenhits.com)

– Baru-baru ini publik dibuat heboh dengan kasus pembunuhan sadis terhadap seorang siswi yang baru pulang ngaji di Cimahi. Kemudian, peristiwa yang tak kalah mengejutkan juga terjadi di Bekasi, korbannya pun seorang wanita. Lantas apa yang membuat pelaku teror penusukan OTK ini begitu tega menghabisi nyawa korbannya?

Menurut ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, kalau bicara tentang perilaku kejahatan, termasuk pembunuhan, atau penganiayaan maka kemungkinan motifnya hanya dua, yakni motif instrumental dan motif emosional.

“Itu kakau kita bicara motif dengan asumsi pelaku waras, tapi kalau sudah tidak waras tidak relevan lagi kita bicarakan,” katanya saat mengupas teror penusukan OTK dikutip dari chanel YouTube TV One pada Senin, 24 Oktober 2022.

Baca Juga: Setahun Masih Misterius, Ini 4 Kejanggalan Pembunuhan Ibu Anak di Subang, Nomor 2 Kok Bisa Ya Sulit Lho

Reza Indragiri menjelaskan, bahwa motif instrumental jelas harus ada sesuatu yang berharga untuk diambil, atau diperoleh.

“Sedangkan motif emosional yakni harus ada luapan emosi tertentu, mungkin marah, benci, sakit hati, dendam tapi tidak bisa tersalurkan ke objek atau target yang sesungguhnya. Misalnya gini, ada yang ingin saya incar maka saya cari target pengganti. Ini istilahnya di ilmu psikologi adalah displacement,” ujarnya.

“Jadi pengalihan ke objek lain yang menurut si pelaku ini lemah, atau soft target,” sambungnya.

Reza Indragiri kemudian menjabarkan, bahwa ada tiga kelompok lemah dan rentan menjadi korban kejahatan atau teror penusukan OTK (orang tak dikenal).

“Siapa itu yang lemah? Teori klasik mengatakan ada tiga kelompok manusia yang kabarnya paling rentan mengalami viktimasi, satu anak-anak, perempuan, dan yang ketiga adalah orang dengan tingkat kecerdasan rendah,” tuturnya.

Baca Juga: Pengakuan Keji Badut, Cekoki 2 Siswi SMP Depok Pil Gila Hingga Paksa Buka Celana

“Alhasil kita bisa katakan kalau kita bicara viktimasi profiling ya profil terhadap para calon korban, maka tiga kelompok manusia ini yang patut untuk mendapat prioritas,” timpalnya lagi.

Kemudian jika kejahatannya dekat, atau bahkan bisa dianggap tidak ada jarak sama sekali, maka bisa dikatakan spontan. Tapi kalau jaraknya jauh, maka ini tidak spontan, bahkan mungkin berencana.

“Menurut saya itu tidak hanya harus melihat dari sisi pelaku saja, tapi saya kembali ke poin paling awal kalau kita juga harus dilihat dari sisi penegak hukum,” ujarnya.

Reza Indragiri kemudian mengatakan, bahwa tadi pagi dirinya mencoba mengecek pusat data informasi kriminalitas nasional milik Polri, dan ternyata hasilnya cukup mengejutkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat