bdadinfo.com

Bertemu Menlu Rusia di KTT G20 Bali, PM Inggris: Cepat Pergi dari Ukraina dan Akhiri Perang Biadab Ini - News

Bertemu Menlu Rusia di KTT G20 Bali, PM Inggris: Cepat Pergi dari Ukraina dan Akhiri Perang Biadab Ini/daily mail

– Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak untuk pertama kalinya bertatap muka dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di KTT G20.

Dalam kesempatan itu, Sunak mendesak pihak Rusia untuk segera pergi dari Ukraina dan mengakhiri perang disana.

Menurutnya, Vladimir Putin telah mengubah Rusia menjadi paria (kaum kasta rendah).

Baca Juga: Fashion Para Pemimpin Dunia di Welcoming Dinner KTT G20 Bali

Sunak mengkritik Rusia atas invasi ilegalnya ke Ukraina dan krisis ekonomi global yang dipicunya.

Kepada para pemimpin dunia di KTT G20, ia mengatakan bahwa satu orang memiliki kekuatan untuk mengubah semua ini.

"Perlu dicatat bahwa Putin merasa tidak dapat bergabung dengan kita di sini. Mungkin jika ia bergabung, kita bisa melanjutkan menyelesaikan masalah," ujar Sunak, sebagaimana dikutip dari dari Dailymail.co.uk, Selasa, 15 November 2022.

Baca Juga: Presiden Ukraina Zelensky Marah, Tuding Iran Kirim Alat Tempur ke Rusia

"Karena satu-satunya perbedaan terbesar yang dapat dibuat oleh siapa pun adalah Rusia keluar dari Ukraina dan mengakhiri perang biadab ini," sambungnya.

Lebih lanjut, Sunak mengatakan suatu tindakan yang tidak dapat diterima bagi negara mana pun untuk menyerang tetangganya, membunuh warga sipil dan mengancam perang nuklir.

Dirinya menambahkan bahwa Inggris akan mendukung Ukraina selama diperlukan.

"Inggris menolak agresi ini. Kami akan mendukung Ukraina selama diperlukan. Dan kami akan bekerja secara konstruktif dengan anggota G20 lainnya untuk menjaga tatanan internasional, karena itu adalah tanggung jawab kita bersama," katanya.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, harga pangan global naik didorong oleh upaya Putin untuk menghentikan pasokan gandum Ukraina dan tagihan energi meroket berkat Rusia mematikan gas mereka.

Sunak mengatakan bahwa "persenjataan pasokan makanan dan energi ini" sama sekali tidak dapat diterima karena merugikan orang yang paling rentan di seluruh dunia dengan memicu kenaikan inflasi dan biaya hidup.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat