bdadinfo.com

Imunisasi Menurun Akibat Pandemi, Dinkes Sumbar Akan Galakkan Crash Program Antisipasi Polio - News

 (Ist)

- Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar akan menggalakkan imunisasi polio tambahan (Crash Program Imunisasi Polio) di bulan ini, Februari 2023. Hal itu dikatakan Kabid P2P Dinkes Sumbar, Yun Efiantina yang ditemui .

"Rencananya akan digalakkan mulai 20 Februari mendatang selama seminggu, ditambah 5 hari sweeping anak-anak yang belum imunisasi usia 0-59 bulan," ucapnya.

Kegiatan yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, sebagai upaya pencegahan kasus polio di Sumatera Barat ini menetapkan target di atas 90 persen.

Baca Juga: Keluarga Berpenghasilan Rp3,4 Juta Tergolong Miskin, Pengamat: Memang Kenyataannya Begitu

Ia menambahkan vaksin yang diberikan ada dua OPV atau vaksin polio tetes dan IPV atau vaksin yang disuntikkan.

"Adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus polio di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, menjadikan Sumbar penting menyiapkan langkah strategis, agar kasus yang sama tidak terjadi di Sumatera Barat karena Aceh cukup dekat dengan Sumbar," tuturnya.

Diakuinya, sejak awal masa pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan angka partisipasi imunisasi terhadap anak. 

Pada 2019 capaian vaksinasi MR itu 80,8 persen, kemudian 2020 hanya 58,8 persen, 2021 juga hanya 59,8 persen, dan 2022 capaiannya 72,4 persen.

Baca Juga: Terkait Kasus Cerita Penculikan Anak, Psikolog: Anak yang Berbohong Harus Diedukasi, Jangan Dihakimi

"Nampak sekali dampak pandeminya," ucapnya.

Pengaruh imunisasi yang rendah juga sangat berpengaruh terhadap sejumlah penyakit termasuk campak, polio, rubella.

Selain itu, Dinkes Sumbar juga sudah menggalakkan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dari Mei hingga November 2022. Namun capaiannya juga masih rendah yakni 49,7 persen.

"Kita sudah juga upayakan melalui BIAN. Sebenarnya ini program rutin Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Kita perlu partisipasi dari masyarakat, dinas terkait seperti dinas pendidikan, PKK, Bidan Desa, tokoh agama, tokoh masyarakat termasuk media," ujarnya.

Yun Efiantina menambahkan, banyaknya hoax dan pemahaman salah yang beredar juga turut mengurungkan niat orangtua membawa anak untuk mengikuti imunisasi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat