bdadinfo.com

Heboh BSI Error Akibat Serangan Ransomware, Ternyata Paling Banyak di 2022 - News

Ilustrasi Hacker.  (PIXABAY/NoName_13)

Beberapa waktu lalu nasabah Bank Syariah Indonesia atau BSI mengeluhkan jika layanan Bank BSI error. Akibatnya, baik mobile hingga ATM tidak dapat digunakan.

Erick Thohir menyebut jika Bank BSI tengah melakukan maintenance. Namun, pakar menjelaskan jika BSI tengah mendapat serangan Ransomware.

Serangan Ransomware sendiri mengincar data dari akun pengguna yang disusupi serta mengirimkan email jahat. Imbasnya, data penggua bisa bocor maupun terkunci.

Baca Juga: Geger! 15 Juta Data Nasabah BSI Diretas oleh Hacker LockBit dan Diancam Akan Disebarkan

Menurut Kaspersky Incident Response Analyst Report, seperti dilansir dari laman okezone.com, Serangan Ransomware ternyata paling banyak terjadi di tahun 2022.

Di tahun tersebut, serangan Ramsoware mengalami peningkatan. Tercatat sebanyak 43% serangan dunia maya terjadi akibat ulah Ransomware.

Serangan Ransomware banyak mengeksploitasi pengguna maya yang digunakan publik seperti web, seluler, serta gateway VPN.

Serangan bisa berupa bug, kesalahan sementara, maupun kesalahan konfigurasi. Penjahat Ransomware lantas menggunakan kelemahan itu untuk mengakses jaringan.

Baca Juga: Rayakan SEA Games, Pemkot Solo Gelar Nobar Pertandingan Indonesia vs Thailand, Catat Lokasi dan Jamnya!

Email jahat dan eksploitasi aplikasi menjadi dua sumber utama serangan Ransomware. Menurut laporan tersebut, masing-masing sumber itu memiliki presentase 24 persen dan 12 persen dari keseluruhan serangan.

Laporan IT Security Economics menyebut setidaknya perusahaan mendapat satu serangan Ransomware selama setahun. Selain itu, UKM rata-rata menhabiskan Rp96 juta untuk memulihkan akun.

Sementara itu, perusahaan besar rata-rata menghabiskan Rp1,4 miliar untuk menebus akun yang diakuisisi illegal para penjahat siber.

Baca Juga: Daftar Segera! PLN Buka Lowongan Kerja di Rekrutmen Bersama BUMN 2023, Ada 32 Posisi

Menurut Konstantin Sapronov, kepala tim tanggap darurat global di Kaspersk, para penjahat siber melancarkan aksinya dengan tujuan penambangan data pribadi, kekayaan intelektual serta informasi sensitif lainnya. Pada sebagian besar kasus, kredensial yang diketahui sudah disusupi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat