bdadinfo.com

Mengenal Desa Wisata Pringgasela Lombok, Desa Dengan Budaya Kain Tenun dan Boteng Tunggul - News

Alunan Budaya Desa Pringgasela (ntb genpi)

Lombok tidak hanya terkenal dengan pantai dan gunungnya saja, warisan budaya juga mewarnai keberagaman pariwisatanya.

Desa wisata berbasis budaya banyak terdapat di Lombok, salah satunya adalah desa Pringgasela.

Di Pringgasela selain terkenal dengan kain tenunya, kalau beruntung, kita akan bisa menyaksikan prosesi adat Boteng Tunggul.

Baca Juga: Lirik Lagu dan Chord Ego Denny Caknan yang Trending dan Viral, Cocok Banget untuk Menghibur Diri

Desa yang terletak di kabupaten Lombok Timur ini masih melestarikan adat dan budaya yang diwariskan oleh para leluhurnya.

Harianhaluan yang mengutip diskominfotik.ntbprov.go.id menyebut jika desa Pringgasela adalah desa yang mempunyai warisan budaya dan tradisi yang menarik.

Salah satu tradisi budaya yang ada di desa Pringgasela adalah proses Boteng Tunggul. Boteng Tunggul adalah sebuah prosesi sakral yang biasa dilakukan warga Pringgasela sebelum menjalankan ritual gawe desa.

Baca Juga: Ketua DPR RI Puan Maharani akan Mewakili Indonesia dalam Parlemen ASEAN dalam KTT ASEAN ke-42 

Boteng berarti berdiri dan Tunggul adalah nama kain tenun tua yang dibuat pertama kali oleh seorang tokoh desa yang bernama Lebai Nursini.

Kini kain tenun itu disebut telah berusia kurang lebih 850 tahun yang berarti telah berada di tangan pewaris yang ke-17.

Prosesi adat Boteng Tunggul adalah tradisi mendinginkan kain tenun Tunggul pada sebuah pohon bambu petung sehingga nampak seperti umbul-umbul.

Baca Juga: Resep Kuah Sate Padang Rumahan Rasa Restoran: DijamIn Bikin Keluarga Besar Ketagihan!

Dalam mendinginkan kain tenun Tunggul ini, tidak sembarang orang yang boleh melakukanya, hanya pewaris kain tenun Tunggul saja yang boleh melakukanya.

Begitupun dengan bambu petung yang akan digunakan untuk mengibarkan kain tenun Tunggul, bambu petung harus diambil utuh mulai dari akar sampai ujungnya.

Dan yang mengilkat kain tenun Tunggul ke bambu juga harus pewaris kain tenun Tunggul dan juga harus diiringi dengan musik tradisional Lombok yaitu Gendang Belek dan Rantok.

Baca Juga: Tim Beregu Putri Indonesia Siap Hadapi Tuan Rumah di SEA Games 2023, Pelatih: Turunkan Tim Terbaik

Kegiatan Boteng Tunggul ini dilakukan terakhir kali pada tahun 2019. Sebelum dikibarkan pada 2019 lalu, Boteng Tunggul terakhir kali dikibarkan pada tahun 1979, sejak saat itu, sampai tahun 2019, masyarakat tidak pernah melihat Boteng Tunggul lagi.

Boteng Tunggul selain sebagai upacara pendahulu dari gawe desa, juga merupakan cermin dari perjalanan tenun desa Pringgasela.

Baca Juga: Rian Mahendra, Team Ahli PO Kencana Angkat Bicara Soal Kecelakaaan Bus Pariwisata di Guci Tegal

Desa Pringgasela sendiri sampai dengan saat ini sangat terkenal dengan kain tenunya, motifnya yang khas membuat kain tenun Pringgasela menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat