- Setelah mangkrak bertahun-tahun, akhirnya pemerintah melanjutkan pembangunan Bendungan Tiga Dihaji senilai 3,8 Triliun yang merupakan bendungan pertama di Sumsel ini.
Bendungan Tiga Dihaji, sebagai bendungan pertama di Sumatera Selatan, memiliki peran penting dalam meningkatkan kapasitas Daerah Irigasi (D.I) Komering untuk lahan pertanian seluas 18.219 hektare (Ha).
Dengan demikian, hasil pertanian di Provinsi Sumsel dapat terus terjaga sepanjang tahun berkat aliran air yang memadai yang disediakan oleh bendungan ini.
Baca Juga: Ditjen Bina Bangda Dukung Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Berkelanjutan Maluku Utara
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, menyatakan bahwa potensi air di Indonesia mencapai 2,7 triliun m3/tahun.
Dari jumlah tersebut, sekitar 691 miliar m3/tahun dapat dimanfaatkan, dengan sekitar 222 miliar m3/tahun digunakan untuk keperluan seperti rumah tangga, peternakan, perikanan, dan irigasi.
“Meskipun potensi air sangat tinggi, distribusinya tidak merata baik dalam ruang maupun waktu. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan tampungan air baru. Pada musim hujan, air akan ditampung di bendungan dan dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Itulah gunanya bendungan untuk menambah tampungan air,” ucap Basuki dikutip dari laman resmi pu.go.id.
Sebelumnya, bendungan ini sempat akan digarap oleh investor asal Jepang pada tahun 2015 namun gagal dan tidak terselesaikan.
Macetnya pembangunan tersebut karena pihak Jepang menilai potensi kapasitas listrik yang akan dihasilkan oleh bendungan ini terlalu kecil sehingga tidak mampu menecapai Return of Investment (ROI).
Sebagai informasi, Bendungan Tiga Dihaji ini memiliki potensi kapasitas listrik sebesar 22 Megawatt (MW).
Ternyata, kapasitas tersebut, menurut investor, belum mampu memberikan pengembalian investasi yang memadai.
Ini berarti proyek infrastruktur ini dianggap kurang menguntungkan secara finansial, yang menjadi alasan hilangnya minat investor dari negeri sakura tersebut.
Bendungan Tiga Dihaji tidak hanya difungsikan untuk keperluan irigasi, tetapi juga untuk konservasi sumber daya air, pengendalian banjir, pemenuhan kebutuhan air baku sebesar 1 m3/detik, pembangkit listrik dengan kapasitas 4x10 MW, serta sebagai sarana pariwisata dan olahraga.