– Fenomena kenaikan harga beras di Indonesia sejak empat bulan terakhir merupakan kenaikan tertinggi dalam sejarah.
Bahkan, kenaikan harga beras tersebut menimbulkan gejolak ekonomi-sosial di masyarakat sekaligus menunjukkan fakta ironis kondisi Indonesia sebagai negara agraris.
Perbedaan harga beras antara harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah dengan harga yang berlaku di pasar mencerminkan adanya masalah serius tentang tata kelola perberasan oleh Pemerintah selama ini.
Dengan mengurai fenomena itu, ada sejumlah pelajaran terpetik yang dapat menjadi catatan kritis dan harapan perbaikan pengelolaan komoditas pangan bagi pemerintahan selanjutnya.
Apa saja?
Beras merupakan sumber bahan pangan pokok sekaligus menjadi komoditas strategis dalam ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Mahfud MD Melakukan Dialog Bersama Netizen, Soal Penggunaan Hak Angket Bisa Ubah Hasil Pemilu 2024 ?
Selain itu, beras juga menjadi ukuran ketahanan pangan dan ketersediaannya turut berkontribusi dalam menentukan arah kebijakan pembangunan di Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa gangguan terhadap proses produksi dan distribusi beras menimbulkan gejolak di masyarakat serta dapat memicu masalah ekonomi, sosial, dan politik.
Fenomena kenaikan harga beras dipengaruhi oleh stoknya yang menipis sesuai hukum ekonomi tentang supply (pasokan komoditas dari produsen) dan demand (permintaan konsumen).
Baca Juga: Punya Nama Unik, Inilah Asal-Usul Penamaan Jembatan Manula, Jembatan Penghubung Bengkulu-Lampung
Pembenahan Supply Produksi Padi
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono menyatakan bahwa kapasitas produksi beras nasional stagnan dan secara konsisten mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir.