- Pada masa Pemerintahan Belanda telah dilakukan pembangunan infrastruktur dan salah satunya yaitu jembatan yang menghubungkan antar daerah.
Sumatera Utara menjadi salah satu daerah yang memiliki jembatan peninggalan Belanda dan mengukir sejarah yang cukup panjang.
Walaupun jembatan ini memiliki usia tua dan dibangun oleh Belanda, hadirnya masih berfungsi dengan baik sampai saat ini.
Bahkan sampai saat ini, jembatan yang dibangun oleh Belanda menjadi yang tertua di Sumatera Utara dengan meninggalkan jejak terjadinya perang antara Indonesia dan Belanda.
Dilansir dari berbagai sumber, pada 18 Juni 2024, bisa dibuktikan pada dinding jembatan yang terdapat banyak lubang dan diketahui lubang tersebut berasal dari bekas peluru pada saat perang terjadi.
Walaupun mempunyai masa lalu yang kelam, masyarakat tetap memanfaatkan jembatan ini dengan baik. Bahkan dimanfaatkan sebagai tempat berlatih bungee jumping.
Baca Juga: Diunggulkan untuk Menang, Ukraina Malah Melempem dan Kalah Telak dari Rumania!
Jembatan ini memiliki nama Jembatan Parhitean dan mampu menghubungkan dua desa yang terpisah yaitu Desa Parhitean di Kabupaten Toba Samosir dan Desa Tangga di Kabupaten Asahan.
Oleh karena itu, didukung dengan air sungai yang tampak jernih dan deras. Kawasan tersebut sering menjadi tempat mengabadikan pengalaman yang menyenangkan.
Ciri khas dari Jembatan Parhitean yaitu dengan pagar cor beton yang menjulang dengan lengkungan di atasnya.
Sampai saat ini, terhitung sudah 74 tahun usia jembatan tersebut. Adapun peresmian jembatan ini dilakukan langsung oleh Wakil Presiden pertama yaitu Mohammad Hatta pada tahun 1950.
Melalui proses pembangunan yang panjang, dimulai sebelum Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1936. Proses pembangunan tersebut memakan waktu sampai 13 tahun lamanya dan jembatan ini baru bisa rampung pada tahuun 1949.
Namun, meskipun jembatan sudah 74 tahun berdiri, tetap menjadi jembatan yang berdiri dengan kokoh.