bdadinfo.com

Deretan Ulama Asal Sumatera Barat yang Paling Tersohor di Indonesia, Siapa Sangka UAS Keturunan Minangkabau - News

Deretan Ulama Terkenal Asal Sumatera Barat yang Terkenal di Indonesia, Siapa Sangka UAS Keturunan Minangkabau

- Setiap daerah pasti memiliki tokoh keagamaan begitu pula dengan sumatera barat banyak tokoh ulama yang berasal dari Ranah Minang.

Redaksi kali ini kita akan membahas tentang ulama yang berasal dari Minangkabau siapa saja Deretan Ulama Terkenal Asal Sumatera Barat yang Terkenal di Indonesia sebagai berikut:

1. Buya Hamka

Deretan Ulama Terkenal Asal Sumatera Barat yang Terkenal di Indonesia, Siapa Sangka UAS Keturunan Minangkabau
Deretan Ulama Terkenal Asal Sumatera Barat yang Terkenal di Indonesia, Siapa Sangka UAS Keturunan Minangkabau

Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo, populer dengan nama penanya Hamka adalah seorang ulama, filsuf, dan sastrawan Indonesia. Ia berkarier sebagai wartawan, penulis, dan pengajar.

Abdul Malik, nama kecil Hamka, lahir pada 17 Februari 1908 [Kalender Hijriyah: 14 Muharram 1326] di Tanah Sirah, kini masuk wilayah Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Abdul Karim Amrullah "Haji Rasul" dan Safiyah.

Adik-adik Hamka bernama: Abdul Kuddus, Asma, dan Abdul Mu'thi. Haji Rasul menikahi Safiyah setelah istri pertamanya, Raihana yang merupakan kakak Safiyah meninggal di Mekkah

Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo, populer dengan nama penanya Hamka (17 Februari 1908 – 24 Juli 1981) adalah seorang ulama, filsuf, dan sastrawan Indonesia. Ia berkarier sebagai wartawan, penulis, dan pengajar.

Ia sempat berkecimpung di politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah hingga akhir hayatnya.

Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.

Dibayangi nama besar ayahnya Abdul Karim Amrullah, Hamka remaja sering melakukan perjalanan jauh sendirian. Alih-alih menyelesaikan pendidikannya di Thawalib, ia merantau ke Jawa pada umur 16 tahun.

Selang setahun, ia pulang membesarkan Muhammadiyah di Padang Panjang. Pengalaman ditolak sebagai guru di sekolah milik Muhammadiyah karena tak memiliki ijazah dan kemampuan berbahasa Arabnya yang terbatas mendorong Hamka muda pergi ke Makkah.

Lewat bahasa Arab yang dipelajarinya, Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak. Kembali ke Tanah Air, Hamka bekerja sebagai wartawan sambil menjadi guru agama di Deli. Setelah menikah, ia kembali ke Medan dan memimpin Pedoman Masyarakat. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan.

Selama revolusi fisik Indonesia, Hamka bergerilya di Sumatra Barat bersama Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menggalang persatuan rakyat menentang kembalinya Belanda. Pada 1950, Hamka membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Semula, ia bekerja di Departemen Agama, tapi mundur karena terjun di jalur politik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat