bdadinfo.com

Dari Sumbar untuk Rakyat, Perjuangan Agus Salim The Grand Old Man Melawan Penindasan Penjajahan Belanda - News

Perjuangan Agus Salim dari Sumbar melawan Belanda (civitasbook.com)

- Haji Agus Salim, seorang pahlawan nasional, tak hanya dikenal dengan jenggotnya yang nyentrik, namun juga memiliki sisi-sisi menarik yang jarang terungkap dalam kisah hidupnya.

Ia bukan hanya seorang diplomat ulung, namun juga seorang intelektual muslim yang mengawal perjuangan Jong Islamieten Bond, menjalin hubungan erat dengan tokoh-tokoh seperti Mohammad Natsir hingga Mohammad Roem.

Lahir dengan nama Masyudul Haq, Haji Agus Salim tak hanya mencuat sebagai diplomat ulung, tetapi juga sebagai pionir dalam perjuangan buruh di Hindia Belanda.

Baca Juga: Berada di Tepi Danau Kerinci, Begini Keindahan Pantai Indah Koto Petai Jambi yang Punya Panorama Alam Menawan

Jejaknya terukir kuat dalam Sarekat Islam (SI) bersama HOS Tjokroaminoto.

Keduanya, Salim dan Tjokroaminoto, menjadi dwi tunggal dalam SI yang berdiri menghadang faksi SI Semarang yang cenderung komunis, seperti Semaun, Darsono, Bergsma, dan Sneevliet.

Ruth T McVey dalam Kemunculan Komunisme Indonesia, menyebut keduanya sebagai musuh yang paling berbahaya bagi pihak komunis.

Baca Juga: TKW Cantik Kaburan Asal Indonesia Sudah Bersuami Banyak Kawin Lagi di Arab: Suka Layani Teman Sama Teman!

Namun, pertarungan dalam tubuh SI tak hanya berkutat pada perang anti-komunisme.

Salim dan Tjokroaminoto juga membentuk Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) dalam Kongres Nasional CSI tahun 1919, yang menjadi federasi persatuan organisasi buruh di Hindia Belanda.

Meski menjadi sosok anti-komunisme, Salim taklah sepenuhnya memihak kapitalisme.

Baca Juga: Mengenal Sistem Kerja Hybrid, Program Kesehatan yang Dilakukan Pemerintah Untuk Mengurangi Polusi di Jakarta

Dalam surat kabar Persatoean Hindia edisi 24 Juni 1920, ia menggambarkan betapa kapitalisme dapat menyiksa buruh dengan gaji yang minim dan jam kerja yang panjang. Namun, ia tidak menyamakan semua bentuk kapitalisme sebagai jahat.

Perbedaan pandangan juga muncul dalam Kongres Nasional CSI VI di Surabaya tahun 1921.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat