bdadinfo.com

Mengunjungi Benteng Tujuh Lapis di Riau, Benteng Pertahanan Terakhir Kaum Padri Melawan Belanda - News

Mengunjungi Benteng Tujuh Lapis di Riau, Benteng Pertahanan Terakhir Kaum Padri Melawan Belanda/ Riaudailypoto

HARIANHALUAN- Perang Padri di Sumatera terjadi sekitar tahun 1803 hingga 1838.

Perang Padri terjadi di tiga provinsi sekaligus, yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

Perang ini awalnya merupakan perang saudara antara kaum adat dan kaum padri yang kemudian melibatkan Belanda pada tahun 1821.

Baca Juga: Salfok dengan Nametag, Akun Medsos Alfin Alfarisi Paskibraka di Istana Negara Asal Sumbar Diserbu Netizen

Masuknya Belanda ke dalam perang tersebut menambah pertempuran semakin sengit sehingga meninggalkan jejak sejarah, salah satunya yaitu Benteng Tujuh Lapis.

Benteng Tujuh Lapis berlokasi di Dalu Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Dilansir dari website traverse.id pada 17 Agustus 2023, Benteng yang menjadi saksi bisu perlawanan Tuanku Tambusai beserta pasukannya itu kini sudah diresmikan menjadi situs cagar budaya.

Baca Juga: Salfok dengan Nametag, Akun Medsos Alfin Alfarisi Paskibraka di Istana Negara Asal Sumbar Diserbu Netizen

Saat melawan Belanda, Benteng ini menjadi tempat Tuanku Tambusai dan pasukannya merancang strategi perang. Benteng ini juga berfungsi sebagai tempat istirahat pasukan dan benteng pertahanan.

yang membedakan benteng ini dengan benteng-benteng yang lain yaitu, Benteng tujuh lapis tidak dibangun menggunakan batu melainkan dari tanah liat sebanyak tujuh lapis.

Benteng ini dibangun pada tahun 1835, dengan tinggi mencapai delapan meter dan luas 3 hektar, bentuknya mirip sebuah perkampungan.

Baca Juga: Waspada! Padang Diguyur Hujan Deras, Debit Sungai Batang Kuranji Meningkat

Karena berfungsi sebagai benteng pertahanan, benteng ini dahulu dilengkapi dengan bumbun atau aur berduri di sekelilingnya.

Di dalam benteng juga terdapat sejumlah parit yang curam dengan diselingi jalan pintas dan pos jaga. Sekitar benteng dipenuhi dengan pepohonan yang lebat dan di belakangnya menghadap langsung ke Sungai Batang Sosoh.

Benteng Tujuh Lapis ini berlokasi 30 kilometer dari kecamatan Pasir Pengaraian, Jika ingin berkunjung, bisa diakses dengan mobil pribadi maupun ojek.

Baca Juga: Daftar 5 Proyek Mangkrak Endingnya Mubazir, 2 Terbesar Ada di Sumatera

Sebelum masuk ke kawasan benteng, pengunjung akan disambut dengan sebuah gapura besar bertuliskan huruf arab yang di bawahnya terdapat tulisan 'Benteng Tujuh Lapis'.

Meskipun benteng ini sudah tidak seutuh sebelumnya, tetapi jejak-jejak semangat perjuangan Tuanku Tambusai dan pasukan Dalu Dalu yang gigih masih bisa kita resapi di sana.

Sedikit informasi mengenai Tuanku Tambusai, beliau merupakan sosok penganut islam dan memiliki jabatan tinggi di Kerajaan Tambusai.

Baca Juga: Pengamat Bola Effendi Gazali Tegaskan Timnas Jadi Tanggung Jawab Semua Pihak

Sebagai seorang ulama ia peduli terhadap penyebaran agama islam dan nasib saudaranya yang menderita karena penjajahan Belanda.

Ia pun akhirnya bergabung dengan pasukan Rao dan berhasil memimpin pasukan Dalu Dalu

Akan tetapi, meskipun ia dan pasukannya sudah memiliki strategi yang cerdik ditambah keberaniannya yang luar biasa,  pada 28 Desember 1839 Pasukan Dalu Dalu dikalahkan Belanda.

Baca Juga: Menilik Kebudayaan Tradisi Bakar Tongkang dari Riau Meriah yang Menarik Perhatian

Benteng Tujuh lapis pun jatuh ke tangan Belanda, ia dan pasukannya yang tersisa mengungsi ke Tapanuli Selatan.

Ketangkasan dan keberanian Tuanku Tambusai membuat Belanda kewalahan sehingga ia pun dijuluki sebagai de padrische van rokan atau harimau dari Rokan. Kini ia sudah digelari Pahlawan Nasional Indonesia. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat