bdadinfo.com

Sosok Yogi Ahmad Erlangga: Habibie Muda Pemecah Persamaan Helmholtz, dipakai Perusahaan Minyak Bumi Dunia! - News

Sosok Yogi Ahmad Erlangga.  (dok. ITB)

- Yogi Ahmad Erlangga, ilmuwan berprestasi kelahiran 8 Oktober 1974, telah mencatatkan namanya dalam sejarah ilmu pengetahuan dengan memecahkan Persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik secara cepat dan robust.

Penemuan Yogi Ahmad Erlangga menggunakan Persamaan Helmholtz ini bahkan diakui dan dipakai perusahaan minyak bumi global. 

Yogi Ahmad Erlangga meraih gelar sarjana teknik di Program Studi Aeronotika dan Astronotika ITB pada tahun 1998, sebelum melanjutkan studi di Delft University of Technology (DUT), Belanda.

Baca Juga: Melangkah di Ujung Kepunahan: Inilah Fakta Menarik tentang Gajah Sumatera yang Hampir Punah

Yogi Ahmad Erlangga juga mendapat Gelar master dan doktor dalam bidang matematika terapan dari universitas yang sama.

Sebagai seorang asisten profesor di Universitas Alfaisal, Arab Saudi, Yogi Ahmad Erlangga juga aktif melakukan penelitian di bidang aljabar linier dan analisis matriks.

Alumni Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1993 ini berhasil mendapatkan penghargaan Bakrie Award 2012 yang diberikan oleh Freedom Institute.

Baca Juga: Bupati Eka Putra; Promosikan Adat dan Budaya, Pacu Jawi Juga Tingkatkan Ekonomi dan Kunjungan Wisata

Dikenal sebagai "Habibie Muda" karena penemuan pertamanya dalam matematika, Yogi menyelesaikan riset PhD-nya dengan menggunakan metode "Ekuasi Helmholtz".

Metode ini membantu interpretasi data pengukuran gelombang akustik, memberikan dampak positif dalam pemrosesan data seismik dalam survey cadangan minyak bumi.

Bahkan, perusahaan minyak internasional memberikan dukungan dana untuk kelanjutan risetnya yang berpotensi mengubah paradigma industri tersebut.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Nama-nama Suku yang Tersemat di Tanah Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat

Temuannya yang luar biasa ini mendapat apresiasi dari kalangan ilmuwan dunia.

Profesor pembimbingnya, Dr. Vees Vuik, merasa bangga atas kesuksesan riset tersebut, menyatakan bahwa penemuan ini telah memecahkan masalah yang berlangsung selama tiga puluh tahun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat