bdadinfo.com

Kapal Pinisi Super Megah Siap Mengarungi Danau Toba Jadi Magnet Baru Bagi Wisatawan - News

Kapal Pinisi Super Megah Siap Mengarungi Ombak Danau Toba Jadi Magnet Baru Bagi Wisatawan

- Istilah pinisi, pinisiq, pinisi', atau phinisi mengacu pada jenis sistem layar (rig), tiang-tiang, layar, dan konfigurasi tali dari suatu jenis kapal layar Indonesia.

Sebuah pinisi membawa tujuh hingga delapan layar dengan dua tiang, diatur seperti gaff-ketch dengan apa yang disebut standing gaffs.

Yaitu, tidak seperti kebanyakan kapal Barat yang menggunakan sistem layar semacam itu.

Baca Juga: Jalan-jalan ke Mentawai dari Padang Via Kapal Penyebarang Gambolo, Ini Jadwal Rute dan Harga Tiketnya

Kedua layar utama tidak dibuka dengan menarik galahnya ke atas, tetapi layarnya 'ditarik keluar' seperti tirai dari sekitar tengah tiang.

Seperti banyak kapal layar Indonesia, kata 'pinisi' hanya menyebut jenis sistem layar, dan tidak merujuk pada bentuk lambung kapal yang menggunakan layar tersebut.

Kapal dengan layar pinisi sebagian besar dibangun oleh masyarakat desa Ara yang berbahasa Konjo, sebuah desa di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, dan banyak digunakan oleh pelaut Bugis dan Makassar sebagai kapal kargo (lihat pula #Kesalahpahaman umum mengenai pinisi).

Baca Juga: Ini Jadwal Rute Kapal Penyeberangan Ambu Ambu dari Padang ke Mentawai per Agustus 2023, Plus Harga Tiket

Pada tahun-tahun sebelum hilangnya angkutan bertenaga angin dalam rangka motorisasi armada perdagangan tradisional Indonesia pada tahun 1970/80-an, kapal yang menggunakan sistem layar pinisi adalah kapal layar Indonesia terbesar.

UNESCO menetapkan seni pembuatan kapal Pinisi sebagai Karya Agung Warisan Manusia yang Lisan dan Takbenda pada Sesi ke-12 Komite Warisan Budaya Unik pada tanggal 7 Desember 2017.

Penyebutan paling awal, baik dalam sumber asing maupun dalam negeri, istilah 'pinisi' yang jelas-jelas mengacu pada jenis kapal layar dari Sulawesi ditemukan dalam artikel tahun 1917 di majalah Belanda Coloniale Studiën.

Kapal dengan sistem layar sekunar cara Eropa. Memang, catatan penggunaan sistem layar depan-belakang tipe Eropa pada kapal-kapal pribumi Nusantara baru dimulai pada paruh pertama abad ke-19, dan baru pada awal abad ke-20 sejumlah besar kapal dari Sulawesi dilengkapi dengan layar seperti itu.

Hingga pertengahan abad ke-20, para pelaut Sulawesi sendiri menyebut kapal mereka dengan istilah palari, jenis lambung yang paling cocok untuk tenaga penggerak layar pinisi.[4]

Ada berbagai tradisi lokal yang mengklaim asal mula kata 'pinisi' dan jenis kapal yang lebih awal, namun banyak di antaranya hanya dapat ditelusuri kembali ke dua hingga tiga dekade terakhir. Pembuat kapal Ara dan Lemo-Lemo, pusat pembuatan kapal kedua di wilayah tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat